Purwakarta, KPonline — Dibalik deru mesin pabrik dan peluh yang membasahi dahi, ada kisah inspiratif tentang semangat juang tanpa lelah seorang buruh yang kini menjadi simbol perjuangan kaum pekerja.
Slamet Riyadi (43), seorang buruh pabrik automotif di Kawasan Industri Kota Bukit Indah, Purwakarta, telah mengabdikan dirinya lebih dari 20 tahun dalam dunia industri. Namun lebih dari sekadar bekerja, Slamet dikenal sebagai penggerak solidaritas dan advokasi hak buruh di tempatnya bekerja.
“Awalnya saya hanya ingin hidup layak, tapi lama-lama saya sadar, kalau tidak ada yang bersuara, tidak akan ada perubahan,” ujarnya saat ditemui Media Perdjoeangan. Selasa, (10/6/2025).
Dengan latar belakang pendidikan sebatas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Slamet tak menyerah. Ia mengikuti berbagai pelatihan serikat pekerja, membaca buku-buku hukum ketenagakerjaan, dan membagikan pemahamannya kepada rekan-rekan kerja. Aksinya tidak selalu mudah. Bahkan, ia pernah mendapatkan tekanan dari manajemen, bahkan nyaris diberhentikan (PHK).
Namun, berkat konsistensi dan dukungan rekan-rekannya, ia berhasil mendorong perundingan bipartit untuk memperbaiki sistem upah lembur dan cuti tahunan. “Buruh bukan sekadar roda ekonomi. Kami adalah tulang punggung bangsa. Jika kami dihargai, negara akan berdiri lebih kokoh,” tambahnya.
Refleksi dari perjuangan Slamet menjadi pengingat penting bahwa semangat juang buruh tak sekadar dibalik mesin produksi. Ini adalah perjuangan harian untuk keadilan, martabat, dan pengakuan.
Kini Slamet tengah mempersiapkan pelatihan kepemimpinan bagi buruh muda. Ia ingin memastikan estafet perjuangan tidak terputus. “Selama masih ada ketimpangan, semangat juang buruh tidak akan padam,” katanya dengan tegas.