Pensiun

Jaminan Pensiun

Jakarta, KPOnline – Pensiun sebuah kata yang akhir-akhir ini kerap sekali kita baca di media cetak, kita dengar dan kita tonton di media elektronik. Jika pada manusia pensiun diidentikkan sebagai berhenti bekerja maka pensiun bagi sebuah mesin bisa disebut sebagai sebuah kematian, karena sebuah mesin jika tidak bisa bekerja lagi maka sama dengan sudah mati.

Jaminan Pensiun
Jaminan Pensiun

Pada edisi kali ini Editorial KP sama sekali tidak bermaksud untuk membahas perbandingan pensiun bagi manusia dibandingkan dengan pensiun bagi mesin. Karena tidak perlu banyak kepintaran untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Bacaan Lainnya

Tapi pada edisi ini, Editorial KP ingin membahas hal-hal berkaitan dengan filosofi mengapa harus ada kata pensiun, mengapa harus ada jaminan pensiun dan mungkin sedikit banyak ada kaitannya dengan pensiunnya sebuah mesin.

Setiap orang yang beragama pasti tahu dan meyakini manusia semenjak lahir diberikan kemulian oleh Allah SWT. Dan setiap orang harus menjaga kemulian dirinya dan orang lain. Kemuliaan itu secara harfiah bisa diartikan berkecukupan dalam segala hal, termasuk cukup penghasilan, cukup waktu dan cukup istirahat dan lainnya.

Makanya dengan alasan diatas manusia saat memasuki usia pensiun (memasuki usia senja/tua/renta) harus tetap mendapat perlindungan yang memadai untuk menjaga kemuliaannya. Maka oleh Negara kepada rakyatnya yang sudah memasuki usia pensiun, khususnya yang berstatus pekerja baik negeri maupun swasta, diberikan sejumlah uang tertentu yang diberikan setiap bulannya sebagai salah satu alat untuk melindungi kemuliaannya dalam hal pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan.

Uangnya dari mana? Uangnya dari pemberi kerja (pengusaha/pemerintah) dan buruh itu sendiri yang dibayarkan dalam jumlah yang sudah disepakati setiap bulannya saat si buruh masih bekerja. Uang itu disebut uang iuran dan sistem itu disebut dengan program jaminan pensiun.

Dengan demikian, besaran uang pensiun yang diterima buruh saat memasuki usia pensiun sangat menentukan kemampuan dirinya dalam menjaga kemuliannya kelak. Jika jumlah yang diterima terlalu minim maka kemuliaannya (dalam hal ini kemampuan untuk memenuhi sandang/pangan) akan terancam.

Mengapa? Jawabannya sederhana disaat seorang manusia sudah memasuki usia pensiun sudah seharusnya dia beristirahat menikmati hari tua dan berbagi kesenangan dengan anak cucunya. Tapi itu semua bisa terpenuhi jika si buruh memiliki penghasilan yang cukup di masa tuanya.

Namun jika yang terjadi sebaliknya, bisa dipastikan si buruh akan menghabiskan masa tuanya untuk kembali bekerja, memaksa tubuhnya yang renta untuk bisa produktif, atau mungkin si buruh harus mencuri, merampok dan sebagainya untuk menutupi kekurangannya? apakah hidup seperti itu bisa disebut mulia?
Tentu berbeda antara manusia dengan mesin. Masa tua sang mesin tak perlu terlalu dipikirkan. Biarkan menjadi rongsokan pun bukan menjadi masalah besar, tapi berbeda jika kita berbicara tentang manusia. Manusia dari lahir hingga akhir hayatnya harus menjaga dan dijaga kemuliannya.

Akhirnya editorial KP hanya ingin mengingatkan pemerintah kalau buruh bukanlah mesin, buruh adalah manusia mulia sama seperti lainnya. Jaminan pensiun yang resmi diberlakukan mulai 1 Juli 2015 harus benar-benar bisa menjamin kemuliaan buruh saat memasuki usia pensiun. Wallahua’lam bissawab.(msk)

Pos terkait