Pemprov DKI Siapkan Daging Jelang Ramadhan, Netizen : Yang Buat Beli Apaan ? Uangnya Gak Ada

Jakarta,KPonline – Seperti disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Soni Sumarsono bahwa Pemerintah Propinsi DKI telah mempersiapkan kebutuhan daging untuk masyarakat jelang bulan suci Ramadhan dan Lebaran melalui PD Dharma Jaya. Ia menuturkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga bekerja sama dan memasok daging dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah, Siapa yang mau beli daging itu ? Masyarakat sudah tidak punya uang untuk beli daging, masih banyak banyak kebutuhan lain yang harus dibeli dan dibayar daripada sekedar membeli dan makan daging. Karena harga harga kebutuhan pokok yang lain terus merangkak naik. Pemerintah mencabut berbagai subsidi untuk rakyat, mulai dari BBM, tarif listrik, air bersih, gas dll. Kalaupun nanti bisa membeli, tentunya sedikit dipaksakan dengan mengalahkan pengeluaran yang lain.

Bacaan Lainnya

Hal ini banyak menimbulkan pendapat dari para netizen di dunia maya.

Sebagaimana diungkapkan oleh cuitan akun @FSPMI_KSPI “Daging nya ada, uang nya gak ada. Masyarakat udah gak mampu beli daging, daya beli rendah karena pendapatan tak mampu mengikuti harga harga.”

“Nah ini fakta yang sering ngga dipikirkan. Daging ada semua ada bukan berarti semua rakyat bisa beli dan nikmati” demikian bunyi tulisan dari pemilik akun twitter @ZaraZettiraZZ

“Tanya kaum pekerja @FSPMI_KSPI kapan terakhir upah minimum dan tunjangan mereka naik? ??sementara harga2 naik mulu.” tulis akun @ZaraZettiraZZ lagi.

“Ini lihat ritel price indek naik tapi ritel sales malah turun ini bukti bahwa daya beli masyarakat melemah.” ujar akun @Quwatt

Daya Beli Rendah

Banyaknya pendapat dari para netizen yang juga merupakan masyarakat Indonesia secara umum, mencerminkan ketimpangan ini benar adanya dan sangat perlu selalu disuarakan untuk bisa diselesaikan oleh pemerintah selaku pemangku kebijakan. Carut marut ekonomi dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang menimpa sebagian besar masyarakat kelas bawah, semakin diperparah dengan kebijakan pemerintah tentang pengupahan yang relatif murah diawali dengan terbitnya PP.78 tahun 2015.

Seperti pernah disampaikan oleh Presiden KSPI Said Iqbal, bahwa kenaikan upah minimum yang hanya seharga satu kebab, padahal perekonomian nasional masih terus tumbuh dan harga harga kebutuhan pokok terus melonjak naik yang menyebabkan daya beli buruh dan masyarakat menengah kebawah menurun.

Ketika pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran karena buruh dan masyarakat bawah diupah dengan sangat rendah, jangan harap masyarakat mampu hidup dengan layak. Upah layak, Sandang layak, pangan, layak, serta papan layak hanyalah sebuah mimpi bagi kaum buruh dan masyarakat bawah.

“Tempe aja gak kebeli, apalagi daging.” ujar akun @sopir_mokom menulis blak blakan tentang kondisi masyarakat Jakarta. (Jim)

Pos terkait