Lebih Takut Covid-19 Dari Pada Buka Puasa Bersama Yang Sebetulnya Mampu Merawat Ukhuwah Islamiyah

Purwakarta, KPonline – Sebentar lagi kita akan meninggalkan bulan Ramadhan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan. Dan dalam menghadapi hari-hari terakhir bulan tersebut, Konsulat Cabang Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (KC FSPMI) Kabupaten Purwakarta mengadakan agenda berbuka puasa bersama di Kantor Konsulat Cabang FSPMI Kabupaten Purwakarta. Senin (10/5/2021).

Dan sudah tentu dalam pelaksanaannya, tetap mematuhi protokol Kesehatan sesuai arahan dari satgas Covid-19.

Bacaan Lainnya

Dalam beberapa kurun waktu dua tahun belakangan ini, dunia terus disibukan dengan apa yang namanya Covid-19. Kemudian, seolah-olah virus tersebut mampu menghentikan kebiasaan (Kegiatan) umat Islam dalam menghadapi bulan suci Ramadhan.

Biasanya, bila mereka memasuki bulan tersebut, pasti ada yang mengadakan acara buka puasa bersama. Namun, tidak untuk saat-saat ini, saat Covid-19 terus membayang-bayangi, acara buka puasa bersama malah dapat menjadi suatu masalah yang sebetulnya tidak perlu dihindari.

Sebetulnya, buka puasa bersama bisa menjalin hubungan tali persaudaraan dan silahturahmi antar sesama. Sehingga Ukhuwah Islamiyah masih dapat terus terawat dengan baik.

Ukhuwah Islamiah itu sendiri mengandung arti keislaman atau persaudaraan antar sesama pemeluk Islam. Konsep ini mengajarkan bahwa setiap muslim merupakan saudara bagi muslim lainnya.

Seorang muslim harus menganggap muslim lainnya sebagai saudaranya tanpa memandang latar belakang keturunan atau pun hal lainnya.

Hadist Rasulullah SAW mengatakan; “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi,” (HR. Bukhari – Muslim).

Jadi sebaiknya umat muslim tidak perlu khawatir dan membatasi diri dengan hal-hal yang sebetulnya menjerumuskan mereka untuk terlalu kuat bersandar kepada dunia dan bukan kepada Alloh SWT. Dimana, mereka lebih takut terhadap Covid-19 dari pada buka puasa bersama.

Selanjutnya, dibalik instruksi larangan mudik di lebaran Idul Fitri, semakin menegaskan kalau kita sudah mulai melenceng jauh dari kebiasaan sebelumnya.

Dengan tidak mudik, kita tidak bisa berziarah ke makam orang tua kita sendiri. Dengan tidak mudik, kita tidak bisa mencium telapak kaki ibu kita (Orang Tua) di saat hari Idul Fitri tiba sambil meminta permohonan maaf.

Hendaknya, sebagai manusia tidak perlu “berburuk sangka” dan melarang-larang untuk melakukan hal kebaikan demi mantapnya solidaritas kemanusiaan.

Pos terkait