Ironi Buruh dan Pos Satpam

Jakarta, KPonline, – Apa yang kamu rasakan ketika bertamu kerumah seseorang yang cukup kaya raya, dan kamu hanya diizinkan masuk melewati pintu gerbang dan hanya diterima di ruangan pos satuan pengamanan (satpam) ?

Hal ini terjadi ketika perwakilan buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) ketika melakukan aksi unjuk rasa menolak RUU Omnibus Law, diterima di pos satpam Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Hal ini jelas-jelas sebuah penghinaan yang luar biasa bagi kaum buruh, yang belakangan ini sedang gencar-gencarnya melakukan penolakan terhadap RUU Cilaka tersebut. Bukan hanya sebuah penghinaan, akan tetapi ini lebih dari sebuah pernyataan sikap lembaga pemerintah, jika kaum buruh “memang layak ditemui” hanya di pinggiran saja. Tidak lebih.

Bacaan Lainnya

Sekelas pejabat pemerintah saja, dalam hal ini pejabat-pejabat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sudah enggan -jika menggunakan kata jijik terlalu ekstrim- untuk menemui kaum buruh. Padahal, kaum buruhlah yang akan mengalami dampak negatif luar biasa jika RUU Cilaka tersebut “goal” menjadi Undang-undang, jika disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, yang katanya tercinta ini.

Secara tersirat, bahkan bisa diambil kesimpulan, jika saat ini kaum buruh sudah tidak dianggap oleh pihak-pihak yang menginginkan RUU Cilaka menjadi Undang-undang. Karena, jika kaum buruh masih dianggap sebagai elemen bangsa yang juga menjadi penentu arah kemajuan bangsa, tentu saja perwakilan buruh KSPI yang melakukan aksi unjuk rasa pada Rabu, 29 Juli 2020 tidak akan diterima di pos satpam.

Jika boleh berandai-andai, dan sekiranya hal itu bisa terjadi, sebagai buruh tidak ada salah “membalas kekurang ajaran” pejabat-pejabat pemerintah tersebut. Andaikata, mereka meminta bertemu dengan kaum buruh, pinggir jalan dan segelas kopi di gelas plastik, beralaskan aspal jalanan, sudah lebih dari cukup memberikan sedikit “pelajaran” kepada mereka. Bahwa, kaum buruh sudah terlalu sering dipandang sebelah mata. Buruh dianggap seakan-akan laksana sisa-sisa peradaban zaman. Atau, lebih cocok diterima di pos satpam, jika bertamu kerumah pejabat. (RDW)

Pos terkait