Berangkat ke Kantor NTUC

Singapura, KPonline – Dan hari besar itu pun tiba…

Jam dinding di salah satu sudut apartemen yang sedang di huni oleh Bung Vonny ini, dimana kami diizinkan untuk menginap dan bermalam, sudah menunjukkan pukul 06 :08 waktu Singapura. Dan saya terhenyak untuk beberapa saat, karena sesuai kesepakatan kita akan berangkat ke NTUC Singapore paling lambat sekitar pukul 08:00. Karena sesuai dengan jadwal, pertemuan antara perwakilan FSPMI dengan pihak NTUC Singapore akan berlangsung pada pukul 09:00 waktu setempat.

Bacaan Lainnya

Maklum, menghargai waktu adalah sikap dan perilaku yang selalu dijunjung tinggi dalam melakukan segala aktivitas dan kehidupan sehari-hari. Beranjak dari tempat tidur dan segera menuju kamar mandi. Diruang tengah sedang terjadi percakapan yang cukup serius antara Bung Vonny, Bunda Eka, Bung Willa Faradian (Ketua Konsulat Cabang FSPMI Bogor), Bung Awaluddin dan Bung Purwanto (PC AMK FSPMI Bogor). Sedangkan didepan televisi sudah ada Bung Bambang Suwarsono dari PUK Indokarlo dan Bung Slamet serta Bung Eko dari PUK Musashi yang sedang mendiskusikan tentang jadwal pertemuan dengan NTUC Singapore.

Ternyata “antrian yang cukup panjang” sudah terjadi diruang makan apartemen ini. Sudah ada Bung Indra, Bung Anwar dan Bung Heru (staff Konsulat Cabang FSPMI Bogor) yang sedang memasak nasi goreng untuk sarapan bagi seluruh rombongan. Ada juga Bung Soeharto dari PUK Showa dan Bung Muhammad Bukhori dari PUK Yutaka. Dan ada satu lagi yang tidak kalah terkenal diantara para pendiri FSPMI, yaitu Pakde Suparno dari PP AMK FSPMI. Pakde adalah redaksional yang paling cocok untuk beliau. Sebagai salah satu sesepuh dan pengayom dari lahirnya generasi-generasi penerus FSPMI.

Tak beberapa lama, dari kamar mandi keluar Bung Toto (Bendahara PC AMK FSPMI Bogor. Dan satu persatu kawan-kawan buruh memulai aktivitas hari ini dengan mandi pagi dilanjutkan sarapan. Antrian mandi pagi dilanjutkan oleh Bung Robani dari PUK Toyoda Gosei dan Bung Novianto dari PC Logam FSPMI Bogor. Terakhir ada kawan-kawan buruh dari PUK ASKI yang diwakili oleh Bung Yoga, Bung Aji, Bung Suherman dan Bung Ade. 4 nama terakhir sampai di Singapura yang paling belakangan, sehingga mereka pun masih butuh istirahat yang cukup untuk memulai aktivitas hari ini.

Setelah semua anggota rombongan mandi pagi dan sarapan, Bung Vonny memberikan arahan dan jadwal kegiatan pada hari ini. Beliau memulai dari bus nomer berapa yang akan kita naiki, turun dimana, dan berjalan ke arah mana. Dan setiap anggota rombongan yang ada memperhatikan dengan seksama apa yang sedang dibicarakan oleh beliau. Yang menjadi kekhawatiran beliau adalah, bagaimana jika salah satu anggota rombongan tertinggal atau terpisah dari rombongan. Karena bagaimana pun juga ini adalah negeri orang, bukan di negeri sendiri. Itulah yang sering diingatkan ke kami semua oleh beliau.

Kantor National Trades Union Congress (NTUC)

Berangkat dari sebuah halte bus di Bedok South Road yang letaknya berada diseberang dari apartemen Bung Vonny tinggal, kami menaiki bus nomer 12 jurusan Pasir Ris – Harbour Front. Kami akan turun di halte bus I12 Katong Plaza dan berjalan kaki sekitar 300 meter melintasi gedung perkantoran tersebut. Dan ternyata, dilantai bawah gedung tersebut sudah ada Fairprice, sebuah unit usaha dari NTUC Singapore. Untuk hal tersebut akan kita bahas lebih lanjut nanti di bagian yang lain.

Jam di telepon seluler baru menunjukkan pukul 08:50, artinya masih ada beberapa menit lagi yang bisa kami gunakan untuk berfoto bersama dan mengabadikan momen yang berharga ini. Bagi kami ini adalah momen yang berharga dan tidak akan kami sia-siakan. Begitu berharga bagi kami, karena kesempatan untuk bertemu langsung dengan para pimpinan serikat buruh Singapura yang bergabung dalam NTUC Singapore. Dan kesempatan kali ini tidak akan kami sia-siakan karena kami akan belajar banyak tentang koperasi yang digerakkan oleh kaum buruh.

Agak meleset dari perkiraan semula, baru pada pukul 09:15 Bung Vonny mendapatkan telepon konfirmasi dari pihak NTUC Singapore untuk mempersilahkan rombongan naik ke lantai 8 dimana para pimpinan buruh dan para pimpinan NTUC Singapore biasa melakukan pertemuan. Gedung yang kokoh dan tinggi menjulang dipinggir Marina Bay tersebut adalah milik 900.000 anggota NTUC Singapore. Gedung tersebut menjadi simbol pergerakan kaum buruh Singapura dalam gerakan kemandirian ekonomi buruh.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *