Siak, KPonline – Aroma ketegangan belum juga hilang dari Minas, Kabupaten Siak. Aksi unjuk rasa yang digelar oleh Aliansi GPMP (Gerakan Pemuda Masyarakat Peduli) pada Selasa, 10 Juni 2025, di Gate 4 PHR (Pertamina Hulu Rokan) Minas, kini berbuntut panjang. Massa yang terdiri dari mahasiswa, buruh lokal, masyarakat tempatan, dan serikat buruh menuntut hak-hak kerja yang dianggap diabaikan oleh perusahaan migas raksasa tersebut.
Tuntutan massa tidak muluk-muluk: keterlibatan tenaga kerja lokal, penghentian kebijakan sepihak, serta perbaikan hubungan industrial yang selama ini mereka nilai timpang dan eksploitatif. Namun, alih-alih mendapat jawaban substansial, beberapa peserta aksi justru diamankan oleh aparat kepolisian sektor Minas usai aksi berlangsung.
Penangkapan ini menyulut kemarahan warga. Malam harinya, gelombang massa justru mengarah ke Mapolsek Minas. Bukan untuk berdialog, tapi untuk menuntut pembebasan rekan-rekan mereka. Suasana menjadi tegang. Teriakan, dorongan, hingga gesekan mulai terjadi. Hingga akhirnya, pihak kepolisian mengeluarkan tembakan peringatan untuk mengurai konsentrasi massa. Sayangnya, langkah ini justru menambah bara di tengah kegeraman publik.
Di tengah situasi yang kian panas, pihak kecamatan dan tokoh masyarakat tak tinggal diam. Camat Minas, bersama lurah serta sejumlah tokoh adat, turun langsung ke lapangan malam itu. Mereka berupaya menjadi penyeimbang—mendinginkan situasi yang nyaris mendidih. Pendekatan persuasif dijalankan demi mencegah potensi bentrokan yang lebih besar.
“Kita ini bicara tentang warga kita sendiri. Jangan sampai ada luka sosial hanya karena komunikasi yang buntu,” ujar seorang tokoh masyarakat yang ikut menenangkan massa malam itu. Ia menambahkan bahwa unjuk rasa adalah hak demokratis, tetapi aparat juga semestinya tidak responsif secara berlebihan terhadap bentuk-bentuk perlawanan sipil.
Aliansi GPMP menyayangkan respons aparat yang dianggap berlebihan. Mereka menyebut aksi damai justru dibalas dengan represi. Dalam keterangan terpisah, juru bicara GPMP menyatakan akan terus mengawal proses hukum terhadap rekan-rekan mereka yang ditahan dan tidak menutup kemungkinan menggelar aksi lanjutan jika tidak ada penyelesaian adil dalam waktu dekat.
Hingga berita ini ditulis, situasi di sekitar Mapolsek Minas sudah mereda. Namun ketegangan belum sepenuhnya hilang. Di satu sisi ada masyarakat yang merasa terpinggirkan oleh kekuasaan industri besar. Di sisi lain, ada aparat yang berada di posisi sulit—antara menjaga keamanan dan menahan diri dari tindakan represif. Pertanyaannya: siapa yang benar-benar mendengar suara rakyat?
Penulis : Heri
Photo : Istimewa