Jakarta, KPonline – Seseorang dengan akun facebook Bhatoxs Papah’a Zahra Tea memposting slip gaji di grup facebook FSPMI. Dia mempertanyakan solidaritas tanpa batas dari FSPMI terkait dengan permasalahan ketenagakerjaan yang disebutnya terjadi di Toyoplast.
Adapun postingan lengkapnya adalah sebagai berikut:
Mana kata nya tolak ourtsoursing kata nya solideritas tanpa Batas kok di PUK TOYOPLAST diam saja ada ourtsoursing???
Sampe” Ade w yg krz di PT Toyoplast di CUT cm Gara” chat masalahin rapelan buat karyawan ourtsoursing gak di bayarkan! Itu kan Hak nya terlebih perbedaan Gaji karyawan sama ourtsoursing jauh karyawan 4.220 ourtsoursing cm 3.500…
Udah upahnya kecil Ade w… Rapelan gak dì bayar…di CUT juga sisa kontrakpun gak di bayarkan.
Postingan tersebut, hingga saya menulis artikel ini, sudah mendapat komentar hingga 228 kali. Beberapa orang meluruskan, bahwa itu bukan outsourcing, tetapi magang.
Mohamad Supyadi: perlu penjelasan knpa ada perbedaan kartap ma out sorcing….untuk yg bikin postingan kartap itu pekerja dari perusahaan pemberi jerja langsung segala bentuk hak dan jewajiban langsung kpd pt toyoplast….sementara slip yg bpa posting itu bukan karyawan atau pekerja pt toyoplast melainkan pekerja out sorcing dari yayasan lpk wahid surya tama yg bekerja di pt toyo plast….jadi bukan pekerja pt toyo plast segala bentuk hak dan kewajiban termasuk perjanjian /kontrak kerja melalui lpk wahid surya tama….jadi klo bapa klo nyalahin serikat msalah gaji dan perbedaannya salah besar….saya kira perjuangan serikat udah bagus klo karyawan pt toyo sampe 42….untuk rapelan jngan tanya ke pt toyo tapi ke ysyasan lpk yg tertera di slip gaji….
Abi Rizki: Berarti sistem magang udah mulai berlaku, mau protes pun ga bisa, karena status nya bukan outsourcing, tapi magang… Padahal mah itu itu juga… Halah…
Patma Wattiie: Magang masih mending 3.5 di pt dlu tmpt sya kerja magang cuma nerima gaji 2.8 sdgkan kryawan udh 3.8… Kerja sama aja dishif jga sama.. Tapi disyukuri aja krna msih bnyak yg diluar sna yg blm kerja
Hilangnya Kepastian Kerja dan Pendapatan
Unggahan slip gaji tersebut seperti membuka kotak pandora terkait dengan praktek pemagangan.
Di dalam slip gaji tersebut diunggah tertulis nama LPK Wahid Surya Tama dan ada tulisan PT Toyoplast dan magang. Dengan demikian, diduga si penerima slip gaji ini adalah peserta magang dari Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Wahid Surya Tama yang ditempatkan di PT Toyoplast. Meskipun magang, di dalam slip gaji juga melakukan lembur dan sift malam.
Hal ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa peserta magang juga bekerja layaknya pekerja biasa. Bedanya, ia tidak memiliki kepastian kerja. Buktinya ia bisa di PHK dengan mudah, dan meskipun gajinya 3,53 juta tetapi lebih rendah dari pekerja Toyoplast yang disebut dalam postingan tersebut mencapai 4,22 juta.
Maka jelas, dalam prakteknya, magang bukan saja hilangnya kepastian kerja (bisa diberhentikan kapan saja), dan upahnya lebih murah (di bawah gaji karyawan di perusahaan tempat magang dilakukan).
Daripada Nganggur
Ada pertanyaan, kalau tidak mau magang kan bisa menolak?
Pertanyaan seperti ini seolah menyalahkan si korban. Seolah bahwa praktek magang yang seperti itu adalah kesalahannya sendiri, mengapa mau.
Kalau ada pilihan, maka tentu para peserta magang akan memilih untuk tidak mendaftar sebagai peserta magang. Tetapi karena lapangan pekerjaan kian sempit, maka pilihan yang ada itulah yang diambil.
“Nggak apa-apa magang dan digaji kecil, asal saya nggak ngamggur…,” dalih sebagian dari mereka.
Sekali lagi, jika ada pilihan, mereka pasti akan memilih yang terbaik. Karena yang tersedia di depan mata hanya magang, maka pilihan pahit itulah yang diambil.
Dampaknya bisa buruk. Ada kekhawatiran, buruh tetap atau kontrak di PHK dan digantikan dengan magang. Sebab bayarannya bisa lebih murah, dan mudah untuk diberhentikan.
Apalagi Pemerintah sudah meresmikan pemagangan dan mendorong agar pemagangan menjadi gerakan nasional. Lengkap sudah.
Perlawanan FSPMI
Apakah FSPMI diam? Tentu saja tidak. Dalam beberapa kali aksi, FSPMI – KSPI dengan tegas menolak pemagangan.
Bahkan Rakernas SPAMK FSPMI yang beberapa hari lalu diselenggarakan di Bali, juga menyoroti masalah pemagangan.
Selain itu, sadar hal ini merupakan kebijakan politik, melalui kontrak politik dengan Prabowo – Sandi, KSPI juga memasukkan tuntutan agar oustourcing dan pemagangan dihapus. Dengan kata lain, peluang untuk menghapus pemagangan akan lebih mudah jika Prabowo – Sandi menang. Sebab pasangan ini yang berjanji untuk menghapus outsourcing dan pemagangan, bukan petahana yang justru melanggengkan praktek ini.
Inilah cara FSPMI untuk memperjuangkan kepastian kerja, bagi siapa saja. Termasuk mereka yang bukan anggotanya.
Tetapi jika si peserta magang adalah anggota FSPMI, maka sudah menjadi kewajiban FSPMI untuk membela, melindungi, dan memperjuangkan anggotanya secara langsung, baik litigasi maupun nonlitigasi.
Pelajaran Penting
Permasalahan ketenagakerjaan bisa menimpa siapa saja. Barangkali juga akan mengena sahabat dan saudara kita.
Karena itulah, dukung perjuangan kaum buruh untuk menghapus outsourcing, pemahangan, upah murah, jaminan sosial, kedaulatan pangan, dan sebagainya.
Sebab jika perjuangan itu menang, yang akan merasakan manfaatnya adalah kita semua. Baik yang berjuang maupun yang tidak berjuang.
Jika kaum buruh bergerak dan kemudian justru dibully, apalagi ada yang mengatakan syukuri saja meski upahnya tak seberapa dan status kerjanya tak jelas, maka yang rugi kita semua. Saudara-saudara kita juga.
Berjuang bukan karena tidak bersyukur. Berjuang karena kita tidak mau menjadi orang-orang yang merugi, menunaikan kewajiban untuk menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin.