Surat Terbuka Untuk Presiden; Asia-Afrika Tak Butuh World Bank dan IMF, Ingatkah Anda?

Annual Meeting IMF - WB di Bali, Oktober 2018.

Indonesia akan menjadi tuan rumah gelaran pertemuan tahunan (annual meeting) International Monetary Fund (IMF) World Bank di Nusa Dua Bali pada 12 – 14 Oktober 2018, yang akan dihadiri oleh delegasi resmi dari 189 negara sebanyak 3.000 orang, staf IMF sebanyak 1.500 orang, media dari seluruh dunia sekitar 1.000 orang, 1.000 observer, 5.000 investor serta pengunjung lainnya yang diperkirakan berjumlah 20.000 orang.

International Monetary Fund (IMF) lahir dari situasi krisis imperialisme yang semakin memburuk dan telah menghasilkan perang perampasan yang menindas rakyat seluruh dunia. IMF didirikan pada September 1945 di Bretton Woods, New Hampshire AS.
IMF sendiri berkedok ”kerangka kerjasama ekonomi” yang dirancang untuk menghindari terulangnya kebijakan ekonomi buruk yang turut mengakibatkan Depresi Besar di tahun 1930-an.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) sebagai lembaga kapital finans monopoli yang dikontrol negara-negara imperialis yang tergabung dalam G-7 dibawah pimpinan Amerika Serikat (AS).

Bacaan Lainnya

Ingatkah anda saat mengatakan kondisi dunia masih serat dengan ketidakadilan dan ketidakseimbangan? dengan memberi contoh kesenjangan sosial antara negara kaya dan miskin. Ketidakadilan global, masih dirasakan sekelompok negara yang belum diakui negara-negara global lain.

Menurut Bapak Jokowi, negara-negara di kawasan Asia-Afrika harus membangun tatanan ekonomi dunia baru yang terbuka untuk kekuatan-kekuatan ekonomi baru. dan bapak mendesak dibukanya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kepentingan negara atas warga negara lain.

“Pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), dan ADB (Asian Development Bank) adalah pandangan usang yang perlu dibuang,” Ungkap Bapak Jokowi saat membuka Konferensi Asia-Afrika di Jakarta Convention Center di Senayan, Rabu, 22 April 2015.

Dengan kerangka kerjasama yang berkedok “Stabilitas Ekonomi” tersebut, IMF menyatakan tujuan untuk dapat mendominasi dan mendikte ekonomi dan politik anggota-anggotanya dengan cara:
1.) Melakukan kontrol atas kerjasama perdagangan dan keuangan internasional untuk kepentingan Negara-negara kapitalis.
2.) Mengamankan kepentingan pasar dengan stabilitas sistem keuangan dan perdagangan yang timpang untuk kepentingan Negara kapitalisme seperti AS dan Inggris.
3.) World Bank (WB) atau Bank Dunia.

Dan World Bank tersendiri difungsikan sebagai penyedia pinjaman (hutang dan investasi) kepada negara berkembang, dengan kedok “pengurangan kemiskinan”.
Seluruh keputusan World Bank harus diarahkan untuk mempromosikan investasi luar negeri, perdagangan internasional dan memfasilitasi investasi modal.
World Bank bertugas sebagai lembaga lintah darat yang memberi fasilitas pinjaman, bantuan teknis dan lain sebagainya dengan imbalan balik liberalisme dan privatisasi berbagai asset public.

Kekuatan finans World Bank sendiri ditopang oleh 5 (lima) organisasi anggota group pemilik modalnya, yakni:
1). The International Bank for Reconstruction and Development (IBRD)
2). The International Development Association (IDA)
3). The International Finance Corporation (IFC), 4). The Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)
5). The International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID)

Masih ingatkah anda, kedua lembaga tersebut WB dan IMF telah menunjukkan kejahatannya diseluruh dunia dan Indonesia, diantaranya:
1.) Menginjak-injak kedaulatan bangsa-bangsa dengan memberikan syarat-syarat yang memaksa agar dapat mempercepat perampasan atas tanah, upah, dan kerja sehingga penghidupan rakyat semakin memburuk.
2.) World Bank dan IMF memaksakan pelaksanaan model kebijakan ekonomi neoliberalisme yang secara sistematis dengan mempercepat liberalisasi dan privatisasi sehingga semakin memperburuk keadaan ekonomi negeri dan penghidupan rakyat.
World Bank dan IMF juga berkontribusi atas munculnya faktor-faktor yang menyebabkan krisis utang di tahun 1982 hingga krisis moneter di Asia tahun 1997an.

Pos terkait