Said Iqbal: Serikat Buruh Tetap Independen Tapi Tidak Netral

Presiden KSPI yang juga Presiden FSPMI, Said Iqbal.

Jakarta, KPonline – Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengaku heran dengan Indonesia yang pertumbuhan ekonomi GDP-nya (purchasing power parity) peringkat 7 dunia. Padahal, masih ada buruh yang hidupnya sulit dengan kenaikan gaji yang disebutnya seharga satu kebab, jika di luar negeri.

“Kita sudah melampaui negara Perancis. Negara-Negara lain sudah kita lampaui dalam purchasing power maritim. Daya belinya, GDP nya nomor 7,” jelas Said dalam Kongres IV KSPI, di Hotel Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Timur, Selasa (6/2/2017). Ia pun bangga dengan pencapaian Indonesia tersebut. Namun, jelas Iqbal, masih ada buruh yang hidupnya sulit.

Bacaan Lainnya

“Hati saya miris melihat angka-angka yang ditampilkan begitu kuat dan membanggakan,” katanya. Menurut Iqbal, hak serikat buruh telah dirampas oleh pemerintah.

Iqbal pun pernah bertanya soal kenaikan gaji yang diberikan pemerintah ke para buruh yang ditemuinya, setelah dua tahun berlakunya Peraturan Pemerintah 78 tahun 2015, tentang pengupahan. “Kira-kira bung Iqbal kata mereka, ada yang naik Rp150 ribu ada yang naik sebulan, ada yang naik tertinggi Rp250,” jelas Iqbal.

Menurut Iqbal, angka kenaikan upah itu sangat berarti untuk sekedar menyambung hidup. Namun jika angka tersebut dikonversikan menjadi dolar, jelas Iqbal, akan menjadi 10-20 dolar Amerika Serikat. Jumlah itu hanya bisa dipakai untuk membeli kebab di luar negeri. “Kalau kamu pergi ke Eropa, pergi ke Jepang, kamu pergi yang terdekat Singapura. 10 dolar adalah harga satu kebab,” tegas Iqbal.

Ia pun meminta pemerintah tidak membodohi para buruh dengan data penurunan indeks ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia atau rasio Gini nasional dengan angka 0,39. Angka itu diklaim Kementerian Koordinator Perekonomian Indonesia, sebagai wujud keberhasilan upaya pengentasan masyarakat dari kemiskinan dengan program keluarga harapan, kartu Indonesia sehat, kartu Indonesia pintar, dan dana desa.

“0,39 pemerintah melihat dari sisi pengeluaran. Orang kaya pendapatannya bertambah, tapi karena suasana lagi tidak terkontrol, pengeluarannya dia berkurang. 0,39 itu dari sisi pengeluaran, jangan membodoh-bodohi,” tegas Iqbal.

Beberapa produk negara kelas dunia juga dipertanyakan Iqbal, seperti PT. Freeport Indonesia, Toshiba, Epson, Nissan, dan Yamaha. “Berapa keuntungan mereka dalam mengelola perusahaan. Berapa puluhan tahun mereka mengambil devisa dari negara ini. Berapa banyak air mata dan keringat kaum buruh telah bercucuran hanya untuk membuat perusahaan-perusahaan multinasional dan koorporasi itu menjadi besar,” ucap Iqbal. “Bagaimana mungkin sekelas Toyota hanya membayar satu kebab untuk kenaikan upah buruhnya, padahal perusahaan ini terbesar kedua di dunia,” lanjutnya.

Untuk itu, Iqbal mengajak buruh yang tergabung dalam KSPI untuk meneguhkan hati untuk menuntut keadilan. “Kita akan putuskan di kongres ini, termasuk dalam berpolitik,” jelas Iqbal.

Menurutnya, KSPI akan menjadi buruh independen but not netral atau yang berdiri sendiri, namun tak netral. “Serikat buruh adalah serikat buruh, dia bukan partai politik, dia tetap memperjuangkan upah, dia bicara perjanjian kerja bersama, dia bicara tentang bagaimana disiplin kerja, dia bicara bagaimana mengembangkan investasi. But not netral, suaramu menentukan negara ini saudara,” tegas Iqbal.

Pos terkait