Refleksi 5 Tahun Bidang Infokom dan Media KSPI

Jakarta, KPonline – Apa yang sudah diperbuat Departemen Infokom dan Media KSPI dalam 5 (lima) tahun terakhir? Pertanyaan ini penting untuk diajukan dalam Kongres KSPI kali ini. Pertanyaan ini akan membantu kader-kader KSPI dalam melihat capaian sekaligus kekurangan.

Sebelum menjawab pertanyaan itu, perlu digarisbawahi, bahwa dalam lima tahun terakhir media ikut mewarnai proses pengambilan kebijakan di negeri ini. Ambil contoh dalam pemilu 2014 lalu. Betapa media menjadi alat bagi elit dalam menyuarakan kepentingannya. Media digunakan untuk Menyerang. Bahkan menjatuhkan mereka yang dianggap sebagai lawan politik. Dalam hal ini, tentu saja, mereka yang memiliki modal besar dalam industri media memainkan peran yang dominan.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Media Perdjoeangan Jatim Adakan Rakertrip ke Blitar

Tidak hanya di dalam media mainstream “pertarungan” itu terjadi. Di media sosial, “pertarungan” tak kalah sengit. Tidak sedikit Elit politik membuat semacam Cyber Army, yang kemudian digunakan untuk melakukan kampanye secara masif.

Jika dicermati, Trend menggunakan media sosial untuk melalukan propaganda berlanjut hingga saat ini. Tidak berlebihan jika kemudian ada yang mengatakan, internet saat ini sudah menjadi palagan. Medan perang. Sedangkan kata-kata, gambar, dan video adalah senjata.

Ini artinya, meskipun tidak memiliki industri media, bukan berarti akan kalah dalam pertarungan opini. Terbukti, di era media sosial, bahkan kekuatannya bisa mengalahkan media mainstream.

Baca juga: Media Perdjoeangan Tangerang Gelar Rakerda

Pertanyaan kita kemudian, dimana posisi Departemen Infokom dan Media KSPI?

Sejak tahun 2012, kesadaran menggunakan media sosial di kalangan pekerja sudah mulai ada. Hal ini terlihat dengan adanya grup Facebook KAJS yang beranggotakan belasan ribu orang. Di dalam grup tersebut, aktif digunakan untuk melakukan diskusi terkait jaminan sosial.

Dalam setiap aksi, sudah mulai terlihat banyak yang memposting di akun Facebook atau Twitter. Hanya saja, saat itu masih perorangan. Belum bergerak secara sistematis. Baru pada tahun 2014, KSPI memiliki website: Kspi.or.id. Tidak hanya itu, KSPI juga mulai aktif mengirimkan siaran pers ke beberapa media massa. Kampanye di media sosial juga dilakukan lebih sistematis. Hal ini kemudian berlanjut hingga sekarang.

Baca juga: FSPMI dan AJI Dorong Jurnalis Membentuk Serikat Pekerja

Dalam dua tahun terakhir, berdasarkan survey Indonesia Indikator, KSPI menjadi organisasi paling populer. Bahkan Presiden KSPI Said Iqbal dan Sekjen KSPI Muhamad Rusdi menjadi tokoh buruh yang namanya paling banyak dikutip oleh media. Satu bukti yang menandakan bahwa nama KSPI sudah tidak asing lagi bagi media. Beberapa pemimpin KSPI diundang menjadi pembicara dalam sejumlah stasiun TV dan radio.

Sikap KSPI juga mewarnai dalam perdebatan mengenai berbagai isu. Terkait PHK massal, upah, TKA unskilled workers, termasuk jaminan sosial, bahkan beberapa kali membuat panas telinga penguasa. Terlihat, penguasa memberikan tanggapan terhadap protes keras yang disampaikan KSPI.

Tidak hanya melakukan diseminasi terkait isu perjuangan dan sikap KSPI. Departemen Infokom dan Media KSPI juga melakukan analisa media. Hal ini untuk memantau pemberitaan di media terkait dengan kepentingan buruh. Disamping untuk mengidentifikasi pemberitaan yang menyudutkan kaum buruh. Sehingga KSPI bisa membuat klarifikasi dan meluruskan berita miring tersebut.

Pos terkait