Prihatin Nasib Buruh Di Ujung Barat Jateng, FSPMI Merambah Banyumas

Ajibarang, KPonline – Kabupaten Banyumas sebagai wilayah di ujung barat Provinsi Jawa Tengah selama ini menjadi wilayah dengan upah paling rendah. Hal tersebut menjadikannya tempat yang mulai dilirik investor untuk membuka usaha disana.

Maraknya industri yang mulai berdiri di Banyumas ini ternyata tak membawa dampak yang lebih baik untuk Kabupaten ini. Kondisi jalan di kota ini sangat memprihatinkan karena harus dilalui kendaraan kendaraan berat .Pun juga dengan tingkat kesejahteraan buruhnya bahkan lebih memprihatinkan.

Bacaan Lainnya

Meski UMK di Kabupaten Banyumas hanya berada di angka Rp 1.461.400,26, masih banyak perusahaan yang membayar upah di bawah UMK. Seperti yang terjadi di Kec. Ajibarang, PT Cebong Kayuindo salah satu perusahaan kayu kualitas export membayar upah buruhnya hanya Rp 1,1 juta. Itupun tanpa mengikutsertakan pekerjanya kedalam BPJS.

Situasi ini yang mendorong para pekerja di PT Cebong Kayuindo tergerak untuk memperjuangkan nasibnya. Rabu, 18 Januari 2017 malam sejumlah pekerja PT. Cebong Kayuindo mendeklarasikan diri bergabung dengan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI).

Acara tersebut dihadiri oleh Sekretaris DPW FSPMI Jateng, Aulia Hakim bersama rekan-rekannya dari Pimpinan Cabang SPAI FSPMI Kota Semarang, dan juga Aparat Desa setempat.
Aulia Hakim mengatakan, langkah pekerja PT Cebong Kayuindo untuk berorganisasi sangatlah tepat.

“Dengan berserikat, kawan-kawan telah berada pada jalur perjuangan yang benar. Di Serikat kawan-kawan harus mulai mengubah pola perjuangan yang selama ini hanya sebatas menggunakan otot menjadi perjuangan yang lebih cerdas dengan strategi Konsep, Lobi dan Aksi,”ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa terbentuknya PUK SPAI PT Cebong Kayuindo ini sebagai pioneer pergerakan buruh di Kab. Banyumas.

Penyerahan potongan tumpeng kepada Lurah desa Tipar Kidul, Riyanto |Photo : Agus

“Ini adalah awal yang bagus, kawan-kawan adalah pioneer perubahan disini. Dengan adanya PUK SPAI FSPMI PT Cebong Kayuindo ini kita harapkan akan mulai bermunculan kawan-kawan kita yang lain yang juga akan berjuang bersama kita di FSPMI,”tambahnya.

Sementara itu, Lurah Desa Tipar Kidul, Riyanto mengapresiasi lahirnya serikat pekerja di wilayahnya.
“Saya berharap dengan adanya serikat ini, pekerja akan lebih cerdas lagi. Saya pun tidak pernah rela masyarakat saya di perbudak di daerahnya sendiri. Saya akan kawal, jangan sampai kalian kendor, saya juga selalu siap menerima aduan dari warga bilamana ada masalah terhadap perusahaan yang berdiri di wilayahnya,” tegas Riyanto.

Riyanto menambahkan, upah sedemikian rupa sudah diatur dalam Undang-undang bagaimana penghitungannya sampai pada penerapannya.
“Upah itu sudah ada aturannya, saya prihatin, sudah upah di Banyumas ini murah, masih saja ada perusahaan yang membayar upahnya dibawah UMK,”tambahnya.
Tak hanya Lurah, Kepala Dusun, Nurkholis, yang dianggap sesepuh desa pun ikut berbicara.
“Kalian jangan kendor, jangan hanya berani di belakang, tunjukan keseriusan kalian dalam berjuang,”
Dengan adanya dukungan dari Aparat Desa tersebut membuat para pekerja PT Cebong Kayuindo makin bersemangat, ada asa di depan mereka.

Pelantikan pengurus PUK serta deklarasi FSPMI Banyumas ini tentu tak luput dari sosok Sarwono, salah satu putra daerah yang merupakan kader FSPMI. Sarwono yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan otomotif Jepang di Karawang ini berkomitmen akan terus mendorong para pekerja di Kampung halamannya untuk merebut hak-haknya.

“Saya akan kembangkan kampung halaman saya, langkah awalnya adalah mendorong para pekerja disini untuk berserikat, mencerdaskan para pekerja dan mengawal mereka untuk merebut hak-haknya. Saya akan berantas perbudakan disini,” tegas pria berbadan gempal ini.

(Agus)

Pos terkait