Siak, KPonline – Aksi perlawanan kaum buruh kembali bergema di gerbang industri! Gate 4 PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Kecamatan Siak, Riau, jadi saksi ledakan kemarahan rakyat pekerja yang diinisiasi oleh Aliansi Gerakan Pemuda Masyarakat Peduli (GPMP). Ratusan massa buruh dan warga tumpah ruah, menyuarakan perlawanan atas dugaan manipulasi hasil MCU yang dilakukan oleh klinik mitra perusahaan. Selasa, (10/6/2025)
Turut hadir dalam aksi ini, Ketua DPW FSPMI Riau Satria Putra, yang dalam orasinya menyebut praktik pemeriksaan kesehatan oleh klinik perusahaan sebagai bentuk baru “pembunuhan karakter buruh lokal.” Menurutnya, ini adalah strategi halus untuk menyingkirkan tenaga kerja tempatan dengan dalih kesehatan yang direkayasa. “Kalau buruh tidak lolos MCU karena akal-akalan dokter, itu bukan kelalaian. Itu sabotase terhadap hak hidup buruh!” tegasnya.
Anggota DPRD Kabupaten Siak, Ridho Riski Sianturi, turut berdiri bersama massa. Dalam dialog terbuka dengan perwakilan perusahaan, Ridho dengan lantang mengecam kualitas pelayanan klinik yang ditunjuk. Ia bahkan menunjukkan bukti pekerja yang gagal kerja karena hasil MCU janggal. “Ketika mereka cek ulang di tempat lain, hasilnya sehat. Lalu mengapa klinik perusahaan menyatakan sebaliknya? Ini penghinaan terhadap nalar dan keadilan!” ujarnya penuh emosi.
Ridho mengingatkan, perusahaan tidak boleh bermain-main dengan nasib rakyat. “Kami memang buruh, mungkin tak sarjana. Tapi bukan berarti kami tidak tahu dipermainkan. Jangan karena kami butuh kerja, kalian anggap kami bisa dibuang seenaknya!”
Satria menambahkan, FSPMI Riau mencatat sudah banyak keluhan serupa dari basis-basis buruh di wilayah kerja PHR. “Modusnya sama: MCU dijadikan alat untuk menyaring, menekan, bahkan mengusir buruh lokal dari ruang produksi. Ini bentuk kolonialisme modern di tanah sendiri!”
Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa, melainkan simbol perlawanan terhadap sistem ketenagakerjaan yang timpang dan tak berpihak. Warga dan buruh menyuarakan satu tuntutan: Evaluasi total terhadap klinik rekanan PHR dan perlindungan menyeluruh terhadap hak-hak pekerja lokal.
Jika perusahaan terus menutup mata, Satria Putra memperingatkan, FSPMI dan aliansi buruh siap turun kembali dalam jumlah yang lebih besar. “Gerbang pabrik bisa kalian jaga, tapi suara buruh tidak bisa kalian bungkam!”
Penulis, Heri