Di hari yang istimewa ini, izinkan kami menyampaikan hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Bukan karena kita sedang merayakan ulang tahun semata, tetapi karena kita masih tetap berdiri. Di tengah segala tantangan,keterbatasan alat, tekanan mental,bahkan rasa lelah yang tak sempat diakui, kita masih memilih untuk terus berjalan.
PIJAR bukan sekadar wadah. PIJAR adalah ruang hidup, ruang berpikir, dan ruang bertindak bagi jurnalis-jurnalis rakyat yang memilih untuk berpihak. Kita tidak menulis, membuat konten demi klik dan impresi algoritma. Kita menulis demi kehidupan. Kita tidak merekam untuk mendulang views, kita merekam agar sejarah tidak ditulis oleh penguasa saja. Kita tidak bicara demi popularitas, kita bicara agar suara rakyat tak lagi dibungkam.
Banyak yang mengira kita kecil. Tapi mereka lupa, api yang besar pun bermula dari pijar kecil. Dan itulah kita. Satu demi satu. Menyala di tempat-tempat yang tak terlihat. Di pabrik. Di pinggir jalan. Di kampung. Di dalam forum buruh, petani, nelayan, kaum miskin kota. Di layar ponsel. Kita menolak padam.
Kita akan terus berbenah. Kita tidak akan memisahkan kerja media dari kerja politik. Karena bagi kita, jurnalisme adalah alat perjuangan. Dan perjuangan butuh arah, keberanian, dan organisasi.
Hari ini, saya ingin kalian tahu satu hal: kalian tidak sendirian. Setiap tulisan, setiap foto, setiap video, setiap narasi yang kalian hasilkan—adalah bagian dari gerakan yang lebih besar. Kita adalah bagian dari sejarah yang sedang dibangun. Dan sejarah tidak akan melupakan mereka yang berani berpihak.
Mari terus nyalakan PIJAR di tengah gelap zaman ini. Bukan untuk jadi penerang yang netral, tapi untuk jadi api yang membakar ketidakadilan.
Hidup jurnalis rakyat.
Hidup perjuangan buruh.
Hidup PIJAR.