Mayday, Buruh Jawa Tengah Siap Turun ke Jalan, Ini Tuntutannya

Jepara,KPonline – Sejarah May Day tidak terlepas dari perjuangan kelas buruh dalam menuntut 8 jam kerja. Abad ke-19 adalah periode di mana kelas buruh diperhadapkan pada kenyataan bahwa dari 24 jam sehari, mereka rata-rata bekerja 18 sampai 20 jam. Tak pelak lagi bahwa tuntutan yang diajukan adalah memperpendek jam kerja.

Perjuangan menuntut 8 jam kerja ini diawali oleh kaum buruh di Amerika Serikat  pada tahun 1884, yang berbuntut pada penyerangan yang dilakukan oleh negara dan alat kekerasannya.

Bacaan Lainnya

Pada tanggal 1 Mei 1886, 400.000 buruh di Amerika Serikat berdemontrasi menuntut 8 jam kerja. Dalam beberapa hari demontrasi ini segera direspon dengan pemogokan umum, yang membuat 70.000 pabrik terpaksa ditutup.

Setelah itu 1 Mei di jadikanlah hari buruh internasional yang di sebut May Day. Oleh karena itu pesan dari May Day adalah Internasionalisme kaum buruh sebagai penegasan kembali perjuangan kelas dalam melawan ekploitasi dan merebut kemenangan. Kemenangan ini tidak akan dicapai dalam batasan kapitalisme. Kaum buruh harus menggulingkan kapitalisme melalui revolusi sosialis yang akan menempatkan kaum buruh ke tampuk kekuasaan.

Rabu,(25/04/2018) bertempat di Kantor KC FSPMI Semarang Raya Sumartono selaku Konsulat Cabang Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dari sudut pandangnya menyampaikan May May itu untuk meneruskan perjuangan yang sudah dirintis oleh pejuang buruh terdahulu yang akhirnya di peringati sebagai May Day itu sendiri.

“Jadi bukan memperingati agar itu diingat ingat tapi adalah meneruskan perjuangan itu, jika hari ini kita masih banyak hal yang musti kita perjuangkan maka belom saatnya kita memperingatinya, karena perjuangan itu belum selesai.”

Justru dengan Mayday tersebut kita harus lebih membakar semangat perjuangan ini sama halnya pendahulu buruh kita.

“Jadi boleh bilang bahwa negeri ini sudah merdeka tapi buruh sama sekali belum bisa di katakan merdeka, karena kita masih di bebani pekerjaan yang belum berimbang dengan gaji dan kesejahteraan kita,” Imbuhnya.

Apakah MayDay itu harus aksi?
Banyak agenda yang dilakukan oleh Pemkab Kabupaten untuk memperingati May Day seperti mengadakan hiburan dan lomba-lomba untuk menjaga kondusifitas.

Hampir seluruh Pemerintah Daerah di seluruh wilayah mengadakan agenda tersebut dan juga merangkul Serikat Pekerja untuk ikut adil dalam agenda tersebut.

Menanggapi ajakan dari Pemkab Kabupaten, Sumartono dengan tegas menolak ajakan mereka karena menurutnya May Day itu harus aksi karena banyak hal yang secara funda mental itu di butuhkan namun tidak di gubris oleh pemerintah kita.

“Ini adalah bentuk protes dan menunjukkan bahwa apa yang kita minta itu bukan hanya 1 atau 2 orang tapi ini loh yang minta yaitu seluruh karyawan yang pada saat itu turun dan itu juga masih perwakilan.”Ujarnya

Kami Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Jawa Tengah menyatakan pada 1 Mei 2018 siap untuk turun kejalan dan berpusat di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah harapannya kami bisa bertemu dan berdiskusi dengan Bapak Ganjar Pranowo untuk membahas masalah perburuhan yang ada di Jawa Tengah.

“Massa yang akan turun tahun ini akan lebih banyak dibandingkan tahun lalu karena kami sudah geram dengan pemerintahan Jawa Tengah yang tidak menggubris kita.”

“Adapun tuntutanya yaitu ada 3 :
1. Cabut PP 78 tahun 2015 yang semakin memiskinkan buruh
2.Tolak TKA Unskill Worker yang hanya membuat tenaga kerja pribumi kehilangan lapangan kerja
3.Turunkan harga Beras,Listrik dan BBM
Harapannya tuntutan kami bisa di kabulkan agar buruh Jawa Tengah bisa menuju kehidupan yang Sejahtera.” Pungkasnya

(Awy)

Pos terkait