Jutaan Pekerja Terancam Kekurangan Gizi, Imbas Harga BBM Naik

Purwakarta, KPonline – Setelah dinaikannya harga bahan bakar minyak (BBM) pada Sabtu (3/9/2022) oleh pemerintah Jokowi, krisis keuangan kini mengintai jutaan orang di Indonesia. Terutama, kaum buruh atau kelas pekerja.

Bahkan, setelah itu, fase kekurangan gizi akan jelas terasa. Dan itupun mulai dirasakan Rani seorang karyawati swasta yang bekerja di perusahaan sektor garmen yang berada dipinggiran Kabupaten Purwakarta.

Bacaan Lainnya

Saat dikonfirmasi Media Perdjoeangan Purwakarta dalam sebuah angkutan kota (angkot) pada Kamis (29/9/2022), Rani berkata, “saat ini saya hanya sarapan seadanya yang jauh dari gizi sempurna.

“Cuma gorengan, seperti bala-bala atau gorengan tempe tahu,” pungkas Rani.

Padahal, sambungnya, menurut Rani bahwa sebelum harga BBM naik, saya sarapan dengan nasi uduk ataupun kupat tahu.

Dan katanya, Iapun begitu bukan karena ‘ngirit’, namun tak lagi mampu karena uang untuk itu (membeli nasi uduk/ kupat tahu) direalisasikan untuk penambahan biaya transportasi yang sebelumnya hanya Rp4000, kini menjadi Rp6000.

“Gara-gara BBM naik, saya jadi susah. Sudah upah dibawah standar hidup layak, pengeluaran malah semakin bertambah,” kesal Rani.

Singkat cerita, setidaknya apa yang sedang dialami Rani, bisa juga dirasakan oleh jutaan Rani yang lain. Dimana, jutaan orang yang berprofesi sebagai “Buruh Pabrik” terancam kekurangan gizi.

Pangan yang bermutu artinya sesuai dengan nilai yang telah ditentukan dengan kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman.

Kemudian, Gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin, umur dan status kesehatan.

Pola makan yang tidak bergizi seimbang menyebabkan kekurangan gizi, yang berisiko, mengundang berbagai penyakit.

Pos terkait