Jurus Rizal Ramli Dalam Memperbaiki Ekonomi

Pemberian cinderamata dari KSPI untuk Rizal Ramli.

Jakarta, KPonline – Menurut Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli, membeberkan cara untuk memperbaiki ekonomi. Anggaplah ini sebuah jurus, yang sudah teruju sakti. Jurus tersebut adalah debt swap, restrukturisasi utang, revaluasi aset, sekuritisasi aset, serta pelonggaran fiskal, pajak dan moneter.

Kesaktian jurus tersebut sudah terbukti dari keberhasilan era Presiden Gus Dur yang berhasil menumbuhkan ekonomi dan membuat utang pemerintah berkurang. Pemerintahan Gus Dur mampu mengurangi utang US$ 4,15 miliar untuk mengangkat perekonomian dari minus 4,5 persen ke positif 4 persen.

Bacaan Lainnya

Rizal Ramli menjelaskan, ketika teknik debt swap digunakan pada masa Gus Dur, pemerintah Indonesia mendapatkan pengurangan utang dari Eropa setelah berkomitmen untuk melakukan konservasi hutan di Indonesia. Hal ini mungkin dilakukan lagi oleh pemerintah Indonesia sekarang karena politisi Eropa pun kini sedang giat berkampanye pelestarian lingkungan hidup.

Kemudian, lanjut dia, pemerintah saat ini dapat melakukan restrukturisasi utang seperti halnya ketika masa Gus Dur dibangunkan jembatan Pasopati di Bandung dari pemerintah Kuwait secara cuma-cuma.

“Jangan hanya fokus pada austerity, (pemotongan/pengetatan) seperti pembayaran utang saja. Tidak ada pertumbuhan ekonomi jika belum memacu sektor-sektor unggulan yang kompetitif dan cepat menghasilkan devisa seperti pariwisata dan elektronik,” ungkap Rizal.

Menurutnya, pemerintah kini hanya memfokuskan makro ekonomi berputar pada inflasi dan APBN. Padahal banyak cara untuk memicu infrastruktur di luar APBN, seperti revaluasi aset, sekuritisasi aset, dan BOT/BOO untuk infrastruktur di Jawa.

“Dengan revaluasi, pada 2016 aset BUMN naik Rp 800 triliun dan pajak Rp 32 triliun,” sebut mantan menko kemaritiman era Presiden Jokowi ini.

Sejak Oktober 2015 disahkan dalam Paket Kebijakan Ekonomi V, tambah Rizal, pelaksanaan revaluasi aset masih parsial dan belum dilakukan seluruh BUMN. Dari 115 BUMN, ada 36 BUMN yang belum melakukan revaluasi aset, termasuk Pertamina.

Terakhir, ia menyarankan pelonggaran fiskal, pajak dan moneter. Melihat pada negara lain yang lebih canggih, ketika ekonomi sedang menurun, mereka juga melonggarkan fiskal, pajak dan moneternya. Ketika ekonomi sudah membai, baru penerimaan ketiga itu dikejar lagi,” demikian Rizal Ramli.

Rizal juga menyayangkan pertumbuhan kredit di bawah tim ekonomi Jokowi yang hanya mencapai 10%. Menurut Rizal untuk mencapai target ekonomi tumbuh 6,5% maka kredit perlu tumbuh 15 hingga 17%. Ironisnya lagi, penjualan sepeda motor saat ini turun 5%. Selain itu, pertumbuhan konsumsi listrik hanya 2% yang biasanya bisa mencapai 9%. Pertumbuham omset semen pun disayangkan Rizal hanya mencapai 3% yang biasanya 10%.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *