Jelang Penetapan UMP, Buruh Kirim Puisi Berjudul Palu Melintuh Ulu

Medan, KPonline- Jelang penetapan Upah Minimum Propinsi (UMP) Sumatera Utara berbagai aksi unjuk rasa dilakukan oleh buruh agar pemerintah daerah menetapkan UMP tidak menggunakan formula PP 78 tahun 2015.

Selain aksi unjuk rasa, ada satu aksi buruh yang unik, yaitu aksi berupa puisi.

Bacaan Lainnya

Berikut bunyi puisinya yang redaksi Koran Perdjoeangan terima:

Palu Melintuh Ulu

Desas gumam menghantammu

Tak gugupkan lentikan ujung penamu

Sabitan tajam itu ratakan ilalangku

Merendahkan rimbunan tarian riangku

Tak sadarkah sisa tebas jadikan duri penusuk langkahku.

Berada dimanakah daku

Esok palu melintuh ulu

Satu sebelas, pilukan saku

Runtuhkan rasa, resahkan kehidupanku

Masih bisakah daku bercumbu setelah dicoretkan ketukanmu.

Daku buruh, ingin berbaju bersaku sama sepertimu.

Hei, apakah sepuluh sebut Soekarno itu kamu, atau itu aku.

Siapa pengguncang Dunia, Siapakah penghancur nyawa bangsa.

Aku, Seperti menjadi penerka tanya.

Mataku, Samar seperti melihat transparan.

Rasa maumu meruntuhkan kebutuhanku.

Pilu, rasaku tak utuh, nyambut palumu.

Lalu, sewindu terpaksa terbunuh, menunduk kepada suhu ciptaanmu.

Aku akan selalu kau benci, kau caci.

Kehadiranku padamu telah kau musuhi, mulai ini, hari ini hingga tatih.

Aku teriak….terus-terus teriak, sampai palu tak melintuh ulu.

Jeritan UMPku ditanganmu, diketukan palumu, dicoretan penamu, dinyawamu, dipangkatmu, karenamu, disemuamu.

Sumatera utara, 1 November 2018

AFRIYANSYAH

Pos terkait