Purwakarta, KPonline — Dalam Konsolidasi Akbar yang digelar PUK SPAMK-FSPMI PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia di lingkungan pabrik mereka pada Kamis, (24/4). Ketua Bidang Organisasi Pimpinan Unit Kerja (PUK) Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen (SPAMK) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia yang juga menjabat sebagai Panglima Koordinator Nasional (Pangkornas) Garda Metal FSPMI, Supriyadi Piyong, menyoroti ancaman serius terhadap industri otomotif nasional akibat masuknya truk impor dari Cina ke Indonesia.
Supriyadi menegaskan bahwa truk-truk asal Cina yang ditawarkan dengan harga jauh lebih murah telah memberi tekanan besar terhadap pasar domestik. Dampaknya sangat terasa pada penurunan produksi di PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia, yang dikhawatirkan akan mengancam keberlangsungan usaha dan nasib para pekerja.
“Makin bebasnya impor truk dari Cina jelas memukul produksi Hino. Kita sebagai karyawan langsung merasakan dampaknya. Produksi turun, dan potensi efisiensi yang berujung pada pengurangan tenaga kerja semakin nyata,” ujar Supriyadi.
Menanggapi situasi ini, ia menyerukan agar seluruh anggota PUK maupun pekerja PT. Hino untuk bersatu, menyuarakan kegelisahan mereka pada peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) besok. Ia menegaskan bahwa momentum tersebut akan digunakan untuk menyampaikan aspirasi langsung kepada Presiden Prabowo Subianto.
“Kita tunjukkan bahwa kita ada. Kita terdampak langsung dari bebasnya impor. May Day bukan hanya perayaan, tapi panggung untuk bersuara,” tegasnya.
Isu impor memang tengah menjadi kekhawatiran serius di kalangan pengusaha dalam negeri saat ini. Barang-barang impor yang dijual dengan harga lebih murah mengancam produk dalam negeri karena pergeseran pilihan konsumen. Dalam jangka panjang, hal ini tidak hanya menekan industri, namun juga berdampak langsung pada nasib para pekerja.
Jika penjualan terus menurun, efisiensi pasti dilakukan. Pengurangan tenaga kerja bisa terjadi, dan yang paling menakutkan adalah kemungkinan penutupan pabrik. Bila itu terjadi, lonjakan angka pengangguran tak terelakkan lagi.
Untuk itu, FSPMI menegaskan akan terus memperjuangkan perlindungan industri nasional dan mendesak pemerintah untuk mengambil langkah konkret dalam melindungi pasar dan pekerja dalam negeri dari serbuan produk impor yang merugikan.