Hutang Membelenggu: Semangat Anggota Serikat Pekerja Kian Luntur dalam Gerakan Buruh

Hutang Membelenggu: Semangat Anggota Serikat Pekerja Kian Luntur dalam Gerakan Buruh

Purwakarta, KPonline–Akibat terpengaruh oleh gaya hidup yang berlebihan, sehingga menimbulkan hutang pribadi dalam memenuhi gaya hidup tersebut, ternyata menjadi salah satu faktor utama yang melemahkan semangat perjuangan anggota serikat pekerja dalam gerakan buruh FSPMI saat ini. Banyak anggota kini lebih fokus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari untuk membayar hutang daripada berjuang untuk hak-hak kolektif di tempat kerja.

Hal tersebut dikatakan M. Albaqir P. S, yang merupakan Wakil Ketua Bidang I Pimpinan Cabang (PC) Serikat Pekerja Aneka Industri (SPAI) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kabupaten Purwakarta di agenda Kunjungan Kerja PC SPAI FSPMI Purwakarta ke Pimpinan Unit Kerja (PUK) SPAI-FSPMI PT. Okamoto Logistics Nusantara pada Selasa, (25/2/2025).

Bacaan Lainnya

Beban finansial yang tinggi akibat gaya hidup yang berlebih, membuat banyak pekerja takut kehilangan pekerjaan mereka. Atas hal ini, Menurut Albaqir berdampak pada rendahnya partisipasi dalam giat organisasi dan salah satunya adalah aksi-aksi buruh yang menuntut perbaikan kondisi kerja dan kesejahteraan.

“Untuk ikut aksi jadi malas. Seharusnya, tidak perlu bersikap seperti itu sebetulnya ,” pungkasnya.

Situasi ini menjadi tantangan besar bagi serikat pekerja. Padahal, serikat memiliki peran penting dalam memperjuangkan upah layak, jaminan sosial, dan kondisi kerja yang lebih baik. Namun, ketika para anggotanya terjebak dalam tekanan finansial, daya tawar serikat pun melemah.

Dikesempatan yang sama, Hadi Hermawan sebagai Ketua PC SPAI FSPMI Purwakarta menambahkan bahwa adanya masalah ini menunjukkan perlunya pendekatan baru dalam gerakan buruh. “Serikat pekerja harus mulai memikirkan strategi yang lebih relevan dengan kondisi anggotanya saat ini. Misalnya, memberikan edukasi keuangan atau membentuk koperasi untuk membantu pekerja keluar dari jerat hutang,” kata Hadi Hermawan.

Senada atas hal dan dikesempatan yang sama, Slamet Widodo sebagai Bidang IV mengungkapkan, dengan meningkatnya ketergantungan pada hutang, gerakan buruh menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan daya juangnya. “Tanpa solusi nyata, semangat kolektif buruh bisa semakin luntur, dan perjuangan kesejahteraan di tempat kerja pun kian sulit dilakukan,” tutupnya.

Pos terkait