Harga Sebuah Kepercayaan

Semarang, KPonline – Perjalanan yang mahal, hanya itu yang ada dipikiran saya saat ini. Entah kenapa dulu saya sering bertanya tanya dalam benak setiap kali saya melihat seseorang berlarian menuju sebuah gerbong kereta api.

Tak mungkin saya tau apa permasalahannya. Apa kendalanya hingga mereka berlarian tepat suara kereta api akan melaju.

Bacaan Lainnya

Pertanyaan itu sering sekali ada dibenak saya, setiap kali saya duduk di bangku sebuah stasiun yang ada di pinggir kota Semarang ini.

Kamis (10/1/2019) pukul 18.55 terjawab sudah pertanyaan saya beberapa waktu lalu. Saya pun merasakan bahkan menjadi pelaku langsung dari salah satu orang orang yang berlarian ini.

Entah harus sedih atau tertawa? Yang jelas rasanya sangat tak enak di hati.

Antara gagal berangkat atau mundur berangkat, karena ternyata saat saya sudah berusaha berlarian dari pintu masuk tempat cetak tiket kereta, komputer sudah tidak bisa lagi mau mencetak kode tiket yang ada di smartphone saya.

Hanya bisa menghela nafas sesaat setelah menerobos masuk di dalam antrean pencetak tiket kereta dan mengabaikan suara kereta kelas ekonomi Jayabaya yang jelas jelas sudah menandakan akan melaju pergi ke Jakarta.

Berteriak dan memberi kode kepada pengecek tiket, namun tidak ada kabar yang baik untuk saya.

Sembari berkaca – kaca saya pun duduk,dan berfikir, di sini saya baru sadar bahwa tetap berangkat adalah sebuah keharusan bagi saya.

Tak lama mengatur nafas, kemudian saya berdiri dan berjalan lamban menuju tempat pemesanan tiket. Tanpa pikir panjang saya pun merogoh isi kantong celana saya dan menyerahkan ke petugas.

Sesaat kemudian saya pun merasa bingung karena ternyata uang yang dikantong celana saya hanya cukup untuk membayar tiket kereta untuk keberangkatan yang lainnya menuju Jakarta untuk mengikuti diklat pekerja muda dan sialnya saya tidak membawa ATM saya.

Di situ saya merasa lemas. Bukan karena sebuah nominal tapi karena sesuatu yang sudah saya sia-siakan.Tiket yang saya dapatkan tanpa harus bersusah payah mengantri karena dipesankan oleh sekretariat PUK saya ini harus gagal dicetak dan difungsikan.

Betapa saya sadar uang amanah ini hilang begitu saja karena sebuah situasi yang tidak menyenangkan.

Saya sadar saya harus tetap menjaga diri saya ini untuk tercapainya sebuah tujuan.

Tak lama kemudian waktu menunjukan pukul 20.33 waktunya kereta kelas ekonomi, Tawangjaya Premium yang saya pesan melaju.

Begitu murah sebuah nominal karena begitu mahalnya kepercayaan dan sebuah amanah anggota.

Penulis : Tride

Pos terkait