Curahan Hati Anak Yatim As-syifa Yasin tentang Omah Buruh

Bekasi, KPonline – Akankah kebahagiaan kami akan dihilangkan juga? Aku bertanya-tanya.

Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku untuk yang pertamakali adalah sebuah rumah yang berdiri kokoh di tengah keramaian. Ternyata aku salah. Benar-benar salah. Kenyataannya hanya sepetak gubuk yang berdiri di atas jembatan gantung.

Bacaan Lainnya

Saat datang kesana, untuk yang pertamakali, aku terkejut. Lantas aku mulai berpikir dan bertanya-tanya.

Kucoba menemukan jawaban dalam diam. Perlu waktu beberapa hari, sebelum kemudian aku menemukan jawaban.

Jleepp, hatiku menjerit. Batinku teriris. Ternyata omah buruh adalah simbol perjuangan dan perlawanan kaum buruh dari tidak layaknya kehidupan mereka.

Beberapa kali aku mendengarkan cerita mereka. Dalam dialog singkat yang mereka lontarkan kepada kami. Mereka selalu berpesan. Jangan jadi buruh. Jangan jadi buruh. Sekolahlah yang tinggi, kalian harus menjadi orang sukses. Ternyata, omah buruh adalah salah satu cara Tuhan memotivasi kami untuk menggapai cita-cita yang tinggi. Setinggi bintang dan rembulan di langit.

Kami bahagia bisa mengenal tempat ini. Kami bangga bisa menjadi bagian darinya. Kami bersyukur disayangi mereka. Omah buruh adalah tempat kami menemukan kebahagiaan.

Aku teringat, saat itu kami beberapa kali dilibatkan dalam beberapa event. Sangat membanggakan sekali. Aku dan teman-teman begitu semangat mendengar kami dilibatkan. Antusias kami begitu tinggi. Kami ikhlas menjalani. Hingga saat ini kami bahkan tidak bisa melupakan kebersamaan itu. Omah buruh adalah tempat kami membentuk kenangan.

Hari berlalu detik berganti. Kebahagiaan akan berlalu. Air mata akan mengering. Tawa akan menghilang. Kebersamaan akan pergi.

Tak lama lagi, omah buruh akan hilang. Atau mungkin sengaja dihilangkan? Namun demikian, omah buruh akan menjadi kenangan tak berbekas. Lalu bagaimana? Bagaimana mereka bisa melirik kaum buruh lagi sedang mereka tak ingin terjun langsung? Lantas bagaimana dengan sedikit saja mereka memperdulikan kami? Mereka lebih senang terjun menggunakan parasut bukan tali…

Sejauh ini,
Selama ini,
Sepanjang ini,
Omah buruh yang begitu perduli akan hak-hak kami. Dimana mereka, yang mengaku memiliki jabatan tertinggi namun hanya diam mempertahankan jabatan tanpa memperdulikan kami?

Jika saat ini tiba…
Omah buruh tak berbekas lagi, omah buruh telah dihilangkan,
Omah buruh hilang, apakah begitu juga dengan kebahagiaan kami?
Omah buruh tak di perdulikan lagi, apakah begitu juga dengan hak kami?
Omah buruh tak di inginkan lagi, apa begitu juga nasib kami?
Omah buruh di benci apa begitu juga dengan kami?

Lantas…
Kemana lagi kami mengadu?
Kemana lagi kami mencari kebahagiaan?
Siapa lagi yang perduli akan hak hak kami?
Siapa lagi yang akan meperjuangkan hak kami?
Siapa lagi yang akan melibatkan kami dalam membentuk kebahagiaan?

Dari kami yang bertanya akan hak hak kami.

Lia Lestari

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *