Belajar Kemandirian Ekonomi dari Serikat Pekerja di Singapura

Singapura, KPonline – Dan kami pun bergerak.

Jam menunjukkan pukul 02:15 dini hari, tapi aku harus segera mempersiapkan diri dan mempersiapkan perbekalan. Hari ini adalah hari besar!! gumamku dalam hati. Hawa dingin pegunungan Bogor yang menusuk tulang tak menyurutkan langkah untuk bergegas.

Bacaan Lainnya

Demi mewujudkan sebuah impian besar kaum buruh. Sebuah gagasan dimana kaum buruh menjadi aktor sekaligus juga menjadi sutradara dalam pertarungan antara ideologi kapitalistik dengan ideologi sosialistik berbasis koperasi.

Sebuah bentuk koperasi yang mampu mengendalikan pasar, dari bentuk barang konsumsi, tempat, harga bahkan hingga menentukan kebijakan-kebijakannya ditentukan sendiri oleh kaum buruh. Hingga terwujudnya sebuah kemandirian ekonomi, dari buruh, oleh buruh, dan tentu saja untuk kemaslahatan masyarakat luas.

Demi mewujudkan itu semua, kami rela mengorbankan waktu istirahat, meninggalkan keluarga dan mengikhlaskan yang telah kami lakukan, demi sebuah tujuan yang mulia. Ada sebuah keinginan yang kuat untuk melakukan sebuah perubahan besar dalam perjuangan kaum buruh. Salah satunya adalah dengan gagasan Gerakan Buruh Go Ekonomi. Gagasan tersebut sering terlontar dari kawan-kawan buruh dalam setiap pertemuan, dalam setiap diskusi dan argumentasi.

Jika hanya menjadi topik pembicaraan dalam setiap pertemuan dan diskusi, berarti harus ada pelopor dalam mewujudkan gagasan-gagasan yang tentu saja sangat positif dan sangat perlu untuk dilaksanakan, dan bukan hanya untuk dijadikan sebuah perdebatan.

Karena itulah yang selalu menjadi polemik dalam setiap pergerakan kaum buruh dalam merubah paradigma dan pola pikir. Sebuah gagasan harus segera diwujudkan!  Betapa pun sulitnya, betapa pun hebatnya aral menerjang, pergerakan kaum buruh harus tetap berjalan menembus setiap rintangan.

Dan rintangan pagi ini adalah menahan kantuk yang mendera. Kurangnya istirahat dan terganggunya pola tidur, menjadi kisah manis dibalik sebuah perjuangan kaum buruh dalam mewujudkan kemandirian dalam hal ekonomi.

Minibus yang membawa kami pun seakan enggan melepaskan kepergian kami. Ball-joint roda depan disebelah kanan pun menghambat perjalanan kami menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dan tak ayal, dengan kecepatan maksimum 80 km/jam melintasi Jalan Tol Dalam Kota, kami tetap harus memacu semangat dan kecepatan minibus yang kami tumpangi.

Di terminal keberangkatan 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta kami pun tiba. Menurunkan semua tas dan perlengkapan yang kami bawa dan kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 06:12 WIB. Ternyata disana sudah berkumpul beberapa kawan buruh dari Bekasi. Sedikit bergaya didepan kamera Canon 1100D yang kubawa, kawan-kawan buruh yang berasal dari Bogor dan Bekasi menunjukkan ekspresi yang bersemangat untuk perjalanan ini.

Ada sebuah undangan resmi dari sebuah Federasi Serikat Pekerja Singapura yaitu NTUC ( National Trades Union Congress) dimana Konsulat Cabang FSPMI Bogor dan beberapa kawan buruh dari Bekasi menjadi wakil dari FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia) mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mendalami lebih lanjut tentang gerakan buruh Singapura dalam hal perkoperasian.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *