Anggota Depekab Purwakarta: Putusan Upah 2025 adalah Keputusan Politik, Perjuangan Belum Selesai

Anggota Depekab Purwakarta: Putusan Upah 2025 adalah Keputusan Politik, Perjuangan Belum Selesai

Purwakarta, KPonline–Dalam acara Konsolidasi Pimpinan Cabang (PC) Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen (SPAMK) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Purwakarta yang diselenggarakan di Kantor Konsulat Cabang FSPMI Purwakarta pada Sabtu (18/1/2025), Elvan Septian sebagai anggota Dewan Pengupahan Purwakarta dari unsur buruh FSPMI, menegaskan bahwa putusan upah 2025 merupakan keputusan politik, bukan sekadar rekomendasi dari daerah-daerah.

Ia pun menyampaikan kekecewaannya atas penurunan upah di Purwakarta dan Subang, kemudian menegaskan bahwa perjuangan belum berakhir.

Bacaan Lainnya

“Kita tidak bisa tinggal diam. Jumat depan, kita akan audiensi dengan Kadis Provinsi. Kita harus memastikan bahwa implementasi upah di pabrik-pabrik Purwakarta tidak semakin terpuruk,” tegasnya.

Elvan juga mengungkapkan rasa miris terhadap kondisi aksi-aksi buruh belakangan ini. Menurutnya, panggung perjuangan FSPMI seolah diambil alih oleh serikat lain, tanpa keterlibatan FSPMI di mobil komando maupun aksi massa.

“Saya tidak tahu, apakah kita sudah melempem atau hanya menjaga diri masing-masing? Ini harus kita evaluasi bersama,” katanya dengan nada tegas. Ia berharap pada tahun 2026, FSPMI bisa kembali menguasai panggung perjuangan buruh di Purwakarta.

Dalam kesempatan ini, Elvan juga menyoroti penurunan jumlah perwakilan FSPMI di Dewan Pengupahan Kabupaten (Depekab) Purwakarta. Dari sebelumnya memiliki dua wakil, kini tinggal satu.

“Harapan kita ke depan, jumlahnya harus kembali menjadi dua! Siap menambah anggota?!” tanyanya, yang dijawab dengan semangat oleh seluruh peserta, “SIAP!”

Elvan mengingatkan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun yang sulit bagi buruh. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kembali aktif di organisasi dan membangkitkan gairah perjuangan di setiap lini.

Sebagai penutup, ia mengajak seluruh peserta mengangkat tangan kiri dan meneriakkan bersama:

“Kami cinta negeri ini, tapi kami benci sistem negeri ini! Ingat, hanya ada satu kata: LAWAN!”

Acara konsolidasi ini kemudian ditutup dengan pembacaan doa oleh Pak Purwoto, menandai tekad kuat FSPMI untuk terus berjuang demi kesejahteraan buruh di Purwakarta.

Pos terkait