Yatini, si buruh pabrik
Pukul empat pagi gerayapan bangun menahan kantuk
Nasi harus segera di tanak, baju harus di jemur.
Suami dan anak-anaknya masih terlelap
Pukul enam pagi ia harus berangkat
Memeras keringat di pabrik jepang.
Pulang petang hingga punggung ringkih
Mengejar rupiah demi keluarga
Yatini, si buruh pabrik
Tak pernah berpiknik di waktu libur
Dunianya hanya rumah dan pabrik
Hingga tertunaikan hutang dan cicilan
Yatini, si buruh pabrik
Mulai menua dan melemah
Memikirkan apa cukup belanja hari ini
Hutang warung tetangga semakin banyak
Yatini, si buruh pabrik
Mati perlahan seperti sebuah pilihan
Oleh penyakit yang puluhan tahun diacuhkan
Suami dan anaknya hanya meratap