Pengusaha Aja Ikut Dukung Capres, Masak Buruh Disuruh Menjauhi Politik. Situ Sehat?

Jakarta, KPonline – Masih sering kita dengar, buruh jangan ikut-ikutan politik. Mereka menyuruh agar buruh kerja yang baik. Sebab politik itu kejam, buruh tidak akan kuat. Biar yang lain saja.

Saya masih saja tidak paham dengan anjuran seperti itu. Apabila buruh tidak berpolitik, kepada siapa kita berharap kebijakan pemerintah berpihak pada kaum buruh? Apakah mungkin kita berharap mereka peduli buruh, jika di sana tidak ada orang yang menyuarakan hak serta kepentingan buruh?

Bacaan Lainnya

Pengusaha saja, dengan kekuatannya modalnya ikut dalam politik. Mereka seringkali mendesakkan kepentingannya kepada pemerintah, sehingga lahirkan berbagai regulasi yang menguntungkan sisi pengusaha.

Karenanya, jika pengusaha saja berpolitik, mengapa buruh dilarang? Apakah kita ingin kebijakan yang lahir hanya bercita rasa pengusaha? Tidak bukan?

Karena itulah, penting bagi buruh untuk berpolitik. Melalui politik, buruh bisa mewarnai kebijakan. Setidak-tidaknya suara buruh tidak alpha ketika Pemerintah menyusun regulasi.

Mengutip dari tirto.id, berikut adalah beberapa pengusaha yang ada di kubu Jokowi:

Erick Thohir

Keluarga Thohir masuk dalam jajaran orang-orang kaya di Indonesia. Almarhum ayahnya, Teddy Thohir, adalah sosok dibalik grup Astra International bersama almarhum William Soerjadjaja.

Kakaknya, Garibaldi “Boy” Thohir, adalah salah satu pemilik shareholder Adaro Energy, perusahaan top pengekspor batubara di dunia. Media Globe Asia 2017 mencatat harta Boy sekitar 1,4 miliar dolar AS.

Sementara Erick Thohir lebih dikenal sebagai bos media lewat Mahaka Group. Ia juga dikenal lewat kepemilikan 70 persen saham di Inter Milan, klub elite Serie A Italia. Ia juga jadi rekanan pengurus D.C. United, klub sepakbola di Amerika Serikat, dan menjadi komisaris Persib Bandung.

Bos Media: Hary Tanoesoedibjo dan Surya Paloh

Hary Tanoesoedibjo, pendiri Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dan Surya Dharma Paloh, pendiri Partai Nasdem, adalah dua bos media.

Kekuatan pemberitaan Tanoe terkonsentrasi lewat MNC Group, yang punya tiga jaringan televisi swasta terbesar di Indonesia. Begitu pula Paloh lewat Metro TV (Media Group), yang mendukung Jokowi sejak 2014.

Menurut laporan Globe Asia 2017, Tanoe punya kekayaan 1,75 miliar dolar AS. Sementara Paloh punya harta 580 juta dolar AS. Keduanya masuk dalam daftar 150 orang terkaya Indonesia versi media tersebut.

Oesman Sapta Odang

Lewat OSO Group, pengusaha asal Kalimantan Barat ini menguasai bisnis pertambangan, properti, perkebunan, di antara hal lain.

OSO memiliki lahan sawit seluas 22.725 hektare di Mempawah serta punya pengolahan ikan terpadu, penyedia ikan dan udang segar di Kayong—keduanya di Kalimantan Barat.

Politikus yang kini ketua umum Partai Hanura, menggantikan Wiranto, ini disebut majalah Globe Asia 2017 memiliki kekayaan 400 juta dolar AS.

Orang-Orang Jusuf Kalla

Larangan aturan pemilu tak membuat Jusuf Kalla menanggalkan pengaruh pada Pilpres 2019. Ia memiliki orang-orang dekat di tengah jaringan pengaruh pada parpol dan akses kekuasaan. Dua nama yang bisa disebut adalah Sofjan Wanandi dan Aksa Mahmud.

Sofjan Wanandi, kawan lama Kalla sejak menjadi mahasiswa, melepas jabatan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia demi menjadi penasihat Kalla ke Istana Wapres.

Peran Sofjan juga penting bagi dunia internasional. Menurut Kalla, hampir semua duta besar untuk sejumlah negara yang baru bertugas di Indonesia selalu berkonsultasi kepada Sofjan Wanandi dalam rangka berdiskusi mengenai kondisi Indonesia.

Laporan Globe Asia 2017 menyebut kekayaan Sofjan berkisar 590 juta dolar AS, salah satu dari daftar 150 orang terkaya di Indonesia.

Sementara Aksa Mahmud, adik ipar Kalla, adalah bos Bosowa Corporation, perusahaan semen, infrastruktur, perdagangan hingga energi, di antara hal lain. Ia memiliki kekayaan 1,8 juta dolar AS, menurut Globe Asia 2017.

Pengusaha di Kubu Prabowo

Apakah ada pengusaha di kubu Prabowo Subianto? Tentu saja ada. Tetapi nampaknya tak sebanyak yang ada di kubu Jokowi. Beberapa nama yang tercatat, Hashim Djojohadikusumo, Sandiaga Uno, dan Tommy Soeharto.

Pos terkait