Pendidikan Organisasi Bidang perempuan PC SPEE FSPMI Batam

Batam, KPonline – Membicarakan keterlibatan perempuan dalam organisasi sama halnya berbicara mengenai sejarah. Kita harus memundurkan waktu sekian tahun lamanya, dan mencermati sejak kapan perempuan terlibat dalam organisasi.

Mengapa pertanyaan tersebut muncul? Hal ini disebabkan paham yang dianut oleh sebahagian masyarakat kita, bahwasanya perempuan itu kedudukannya adalah sebagai ratu rumah tangga, maka ia harus berada di rumah dan menyemarakkan rumahnya.

Bacaan Lainnya

Namun sebenarnya di Indonesia perempuan telah terlibat dalam organisasi sejak tahun 1904, saat itu Dewi Sartika mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan di Bandung. Keterlibatan Dewi Sartika mendirikan sekolah tersebut, merupakan cerminan bahwa perempuan telah mampu mengorganisir, sehingga sekolah-sekolah tersebut dapat berdiri.

Selanjutnya dalam organisasi keagamaan seperti Sarekat Islam dan Muhammadiyah tahun 1912, perempuan ikut serta menjadi anggota.

Organisasi yang bersifat formal muncul pada tahun 1912 yang bernama Putri Mardika di Jakarta. Organisasi ini berdiri untuk memperjuangkan pendidikan untuk perempuan, mendorong perempuan agar tampil di depan umum, membuang rasa takut, dan mengangkat perempuan ke kedudukan yang sama seperti laki-laki(Wieringa, 1999).

Dengan berdirinya organisasi perempuan pada tahun 1912, sesungguhnya telah cukup bagi kita untuk menyatakan bahwa perempuan tidak asing lagi dalam kehidupan berorganisasi, bahkan mereka ternyata telah memiliki kedudukan cukup penting sebagai penggagas, ketua, bendahara maupun sekertaris organisasi.

Hanya saja jika kita melihat seberapa besar presentasinya jika dibandingkan dengan jumlah perempuan di Indonesia, tentu saja jumlahnya belumlah begitu banyak.

Namun fakta sejarah ini tidak dapat memungkiri bahwa perempuan telah mempunyai kedudukan cukup penting dalam organisasi. Literature sejarah menunjukkan bahwa perempuan di Indonesia lebih banyak terlibat dalam organisasi yang bersifat social, seperti dalam bidang pendidikan, agama dan kesehatan.

Bidang-bidang keras, yang sering diartikan sebagai bidang yang dimiliki laki-laki, seperti bidang politik belum banyak menarik minat kaum perempuan untuk terlibat di dalamnya.

Perempuan seperti yang telah dijelaskan diatas telah mengambil peran dalam organisasi. Dalam konteks kekinian kita harus mencoba melihat kedudukan apa saja yang dapat diraih didalam organisasi. Kedudukan perempuan sebagai ketua dalam organisasi tidak banyak, apalagi jika lihat dalam organisasi politik. Kalaupun perempuan itu muncul sebagai ketua, biasanya tidak lepas dari pengaruh nama besar orang tua atau suami.

Pelibatan perempuan bukan tanpa sebab, hal ini dimaksudkan agar mereka dapat berperan sebagai subyek bukan obyek. Itulah gambaran umum yang di harapkan dari pendidikan organisasi bidang perempuan PC SPEE FSPMI Batam hari ini yang di hadiri oleh seluruh wakil ketua bidang perempuan PUK SPEE FSPMI Batam dan di isi oleh Waka bidang perempuan PC SPEE FSPMI Batam Tuti di sekretariat bersama FSPMI Batam.

Peserta pendidikan di harapkan  memahami akan pentingnya sebuah organisasi, kerjasama dalam berbagi peran, perlunya kesepakatan bersama, dan perlunya seorang pemimpin dalam menggerakkan roda organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih dalam lagi, peserta  mendapatkan pengetahuan tentang pengertian organisasi, jenis-jenis organisasi, syarat organisasi dan selain itu pula peserta melalui diskusi kelompok belajar mengeksplorasi sejarah dari terbentuknya organisasi mereka, dan  memahami maksud bagan struktur organisasi

 

Pos terkait