Purwakarta, KPonline– Sejumlah pekerja pabrik di Indonesia mengungkapkan keluhan serius soal mahalnya biaya rekrutmen yang harus mereka tanggung demi bisa bekerja. Dalam kesaksian mereka, para calon pekerja diminta membayar antara Rp5 juta hingga Rp6 juta kepada perantara atau “broker” rekrutmen. Tak berhenti di situ, mereka juga mengaku harus menyetor tambahan uang kepada pihak internal pabrik, dan biasanya mandor atau user, sebesar Rp3 juta hingga Rp5 juta.
“Bayar ke calo sudah Rp6juta, eh pas sudah masuk, diminta lagi Rp4-5 juta untuk ‘user’. Katanya kalau tidak bayar, bisa diganti orang lain,” ujar salah satu pekerja pabrik alas kaki dipinggiran Purwakarta, yang enggan disebut namanya demi keamanan. Senin (9/6).
“Praktik ini disebut telah berlangsung bertahun-tahun dan menjadi rahasia umum di kalangan pencari kerja pabrik di Kabupaten Purwakarta. Para calon karyawan yang sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi lemah terpaksa meminjam uang atau menjual aset untuk membayar biaya masuk tersebut,” ujarnya kepada Media Perdjoeangan diwaktu Jam istirahat, disebuah warung makan sederhana di depan perusahaannya.
Ironisnya, tidak ada jaminan mereka akan bertahan lama bekerja, karena masa percobaan yang ketat dan ancaman pemutusan kerja sepihak.
Intinya, praktik ini sebagai bentuk eksploitasi dan pelanggaran terhadap hak pekerja dan harus segera ditindak. Perusahaan wajib bertanggung jawab atas sistem perekrutannya, termasuk jika ada oknum internal yang ikut bermain.