Menulislah Apa Yang Ada di Kepalamu

Cirebon KPonline – Dari perjalanan pendidikan dasar Media Perdjoeangan yang kemarin dilakukan Sabtu (1/2/2020) di KC FSPMI Purwakarta ada sedikit cerita yang mungkin agak membuat saya gundah sekaligus acak kadul.

Untuk hadir dalam pendidikan ini saya dan teman-teman berdiskusi lebih dari beberapa hari bukan tentang kesiapan orang tapi kesiapan dana, bagaimana untuk bisa hadir di pendidikan ini. Dari diskusi di WA sampai ketemu langsung pun ternyata masih belum jelas titik terangnya.

Bacaan Lainnya

Apakah ini bisa ambyar? Ya bisa saja karena sampe pagi sebelum kebarangkatan pun belum jelas titik terangnya. Namun dengan sedikit nekat kita akhirnya berangkat dan akhirnya kami datang terlambat di tempat pendidikan.

Ketika menjalani pendidikan tersebut saya baru teringat bahwa hampir dalam satu minggu itu saya hanya sebentar untuk bercengkrama dengan keluarga terutama dengan istri dan anak karena diminggu ini saya disibukkan dengan bekerja bahkan sampai lembur yang tentunya mengurangi waktu untuk bersama keluarga.

Selintas masuk dalam fikiran saya, apakah saya egois? Bukankah waktu di hari Sabtu itu hari libur dan harusnya dimanfaatkan dengan keluarga. Ya sudahlah, fokus ke pendidikan,pikirku.

Pendidikan dasar Media Perdjoeangan memberikan ilmu bagaimana cara kita untuk bisa menulis. Seperti yang dikatakan oleh Kahar S Cahyono, tulislah apa yang kamu pikirkan jangan pikirkan apa yang akan kamu tulis, seperti itu yang saya tangkap dari perkataan beliau. Maka saya mencoba untuk menulis apa yang saya pikirkan, mau bener apa ngga yang penting tulis aja,mau tulisannya acak kadul juga yang penting tulis dulu, waduhh bakalan kaya apa ya tulisan saya.

Menulis itu mengindra dengan kata-kata, saat ditanya apakah kalian pernah menulis diary? tanya Kahar. Walah boro-boro nulis diary bawa buku buat sekolah aja males, saya cuma senyum kecil karena teringat waktu jadi anak STM dulu. Kalau mengindra dengan kata-kata apakah perkataan yang biasa kita ucapkan bisa ditulis sebagai tulisan? Bisa ambyar, lah perkataan saya kadang pake kata yang kasar. Tapi biarlah saya tulis aja yang ada dipikiran.

Lalu apa sih yang saya dapat dari pendidikan kemarin? Bagi saya, pendidikan kemarin bisa merefresh kembali apa yang pernah saya dapatkan waktu pendidikan dasar dulu dan dari acara pendidikan ini saya bisa bertemu dengan kawan-kawan media perdjoeangan dari daerah lain seperti Bandung, Purwakarta, Karawang, Subang dan juga bisa bertatap muka dengan para punggawa Media Perdjoeangan Nasional seperti Hervin, Agung, Kahar dan yang lainnya. Harapannya semoga pelajaran yang saya dapatkan bisa saya sampaikan kepada teman-teman yang lain dan bisa menjadi hal yang bermanfaat.

Ada satu sesi sebelum acara pendidikan ditutup dimana ketua KC FSPMI Purwakarta, Fuad menyampaikan masukan untuk media perdjoeangan. Beliau mengatakan, kalau media perdjoeangan harus punya ciri khas dari kata-katanya, “Kata-katanya harus tajam, tegas, lugas, jangan takut adu argument tentang apa yang kita tulis” kata Fuad. Menurutnya tulisan di Media Perdjoeangan masih menggunakan kata-kata yang umum sehingga kurang menimbulkan ghiroh atau semangat dalam membacanya.

Bisa dipahami tentang keinginnya tersebut karena beliau orang tegas, lugas begitu cerita yang saya dengar tentang beliau dari teman-teman. Itulah sekelumit cerita yang bisa saya tulis dari pendidikan kemarin.

Pos terkait