Menanggapi ABI yang Larang KSPI Berpolitik Sambil Memuja-muji Jokowi

Jakarta, KPonline – Demokrasi memberi ruang untuk berbeda pendapat. Kita boleh sekuat-kuatnya melakukan penolakan. Sebaliknya, selalu terbuka ruang bagi siapa pun untuk melakukan pembelaan.

Ketika KSPI kemudian memutuskan untuk mendukung Prabowo Subianto – Sandiaga Uno, misalnya, boleh-boleh saja jika ada serikat lain yang memiliki pilihan berbeda. Bahkan ketika memilih untuk tidak memilih. Semua sah. Ada ruang untuk itu.

Tetapi ada yang lucu dengan apa yang dilakukan kelompok yang menamakan dirinya sebagai Aliansi Buruh Indonesia (ABI). Mereka melakukan aksi demo di perempatan jalan raya arah Bundaran HI dan KPU, untuk menolak aksi longmarch yang dilakukan oleh massa KSPI, Jum’at (10/8/2018).

Dikutip dari tajuktimur.com, Koordinator Aliansi Buruh Indonesia, Doni, pihaknya menolak upaya politisasi buruh. Sebab tidak semestinya buruh yang berjuang murni untuk kepentingan pekerja, lantas keluar rel dengan melakukan dukungan terhadap salah satu calon presiden (capres).

Doni menyayangkan Said Iqbal, Presiden KSPI, dan meminta kepada para pimpinan buruh agar tidak membawa gerakan buruh dalam poros pilpres 2019.

Tetapi yang menarik, dalam aksi tersebut, massa Aliansi Buruh Indonesia seperti tidak punya malu membentangkan spanduk besar bertuliskan : “Terima Kasih Jokowi Presiden-Ku”.

Ironi. ABI meminta KSPI tidak berpolitik, tetapi pada saat yang sama menunjukkan sikap politik dengan memuja-muji Jokowi. Sebuah sikap yang bertolak belakang dengan pernyataannya sendiri.

Wajar jika kemudian kita menduga, ABI digerakkan oleh para pendukung Jokowi.

Dugaan ini beralasan, karena, selain tidak mengkritik pemimpin buruh yang mendukung Jokowi; ABI justru membentangkan spanduk yang memuji Jokowi.

Doni menegaskan, “Kita melihat dalam pilpres 2019, kita menyayangkan para pimpinan-pimpinan buruh, organisasi-organisasi buruh, yang menjual gerakan buruh hanya untuk demi kepentingan pribadi jabatan dan kedudukan.”

Kita mengecam serikat buruh yang menjual gerakan buruh hanya untuk demi kepentingan pribadi jabatan dan kedudukan.

Untungnya, pimpinan buruh di KSPI tidak menjual gerakan buruh hanya untuk demi kepentingan pribadi jabatan dan kedudukan. Gimana mau menjual, kalau untuk longmarch dan mengawal ke KPU saja, KSPI mendanai sendiri aksinya? Gimana sekedar untuk kepentingan pimpinan buruh, jika sikap politik KSPI diputuskan melalui Kongres dan Rakernas? Tidak ada keuntungan materi yang didapatkan. Kecuali selangkah menuju keberhasilan cita-cita perjuangan.

Maka ini bukan jual beli dukungan. Ini adalah sikap politik yang akan diperjuangkan sepenuh hati.