M Rusdi : Buruh Perempuan Harus Menjadi Subjek Perubahan

Jakarta, KPonline – Seminar yang diselenggarakan oleh Komite Perempuan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia di Sekretariat DPP FSPMI pada hari senin ( 18/3/2019 ) yang mengangkat tema STOP KEKERASAN Berbasis Gender & Pelecehan Seksual di Tempat Kerja, mendapatkan komentar khusus dari Muhammad Rusdi selaku Deputi Presiden ( Ketua Harian ) KSPI.

Rusdi mengatakan bahwa acara seminar ini dilatarbelakangi masih banyak permasalahan-permasalahan buruh perempuan diberbagai tingkatan, di tingkat pabrik masih banyak pelecehan seksual secara tidak langsung, jumlah toilet yang masih terbatas, kemudian toilet laki-laki dan perempuan disamakan, sehingga sangat rawan terjadi sebuah pelecehan seksual ataupun modus-modus lainnya.

Bacaan Lainnya

“Yang kedua kita melihat dibeberapa sektor, perusahaan yang berbasis perempuan, seperti sektor garmen dan tekstil dan sektor lainnya, masih terjadi diskriminasi upah dan juga upah yang belum dibayar tidak sesuai ketentuan, kemudian masih banyak buruh perempuan yang bekerja dipabrik atau di kantor, yang sesungguhnya mereka punya hak untuk cuti haid, tetapi dipersulit untuk mendapatkannya”. Tambahnya

M Rusdi : Buruh Perempuan harus menjadi Subjek Perubahan

“Saya menghimbau kepada buruh perempuan Indonesia, wabil khusus kepada aktifis buruh perempuan KSPI, buruh perempuan harus menjadi subjek perubahan, buruh perempuan harus menjadi penentu perubahan baik didalam perusahaan-perusahaan ataupun dalam organisasi buruh, terlebih dalam konteks isu nasional, saat ini sudah tidak ada lagi atau sangat sedikit halangan-halangan bagi aktifis buruh perempuan untuk aktif di Organisasi Serikat Pekerja”. Ujar Rusdi

“Dari kami pimpinan KSPI, kami membuka ruang seluas-luasnya agar buruh perempuan bisa aktif dan menjadi penentu perubahan di organisasi ini, oleh karenanya ayo terus belajar dimanapun berada, diskusi, mendengarkan, banyak tanya kepada siapapun dan membangun jaringan sesama aktifis buruh perempuan baik ditingkat cabang, wilayah maupun antar federasi dan manapun, kita tahu bahwa buruh perempuan selain nanti dibackup oleh organisasi, tentunya isu-isu perempuan harus diperjuangkan secara totalitas oleh kita semua, wabil khusus buruh perempuan”. Tambahnya

“Banyak saat ini aktifis perempuan seperti Mirah Sumirat dari Aspek Indonesia, Prihanani dari FSPMI, Sumiati dari SPN, Rita dari FARKES, saya pikir mereka adalah tokoh-tokoh perempuan yang luar biasa, mereka bukan hanya menyuarakan isu perempuan, tetapi juga sangat memahami apa yang menjadi pokok permasalahan ditingkat nasional. Dan harapan saya, kaum perempuan bisa mendapatkan tempat terhormat dalam berbagai posisi strategis di Bangsa ini agar keadilan dan kesejahteraan bagi buruh, wabil khusus buruh perempuan terealisasi”. Pungkas Rusdi. (brd)

Pos terkait