Jika Kamu Ingin Menjadi Pemimpin Besar, Menulislah Seperti Wartawan Dan Berbicara Seperti Orator

Batam,KPonline – Ketua Pimpinan Cabang (PC) SPEE FSPMI Batam, Mustofa dalam sambutan pembukaan pendidikan menulis dan media yang di selenggarakan oleh bidang infokom PC SPEE FSPMI Batam di Golden View Bengkong, (18/1/18) mengatakan bahwa banyak tokoh orang kaya di Indonesia sekarang ini yang menjadikan media sebagai ajang untuk mempromosikan dirinya dan juga kepentingannya. Ia mencontohkan bagaimana Surya Paloh dan nasdem dengan Metro Tvnya, juga Harry Tanoe dan Perindo dengan MNC groupnya, yang artinya siapa yang ingin berkuasa maka kuasailah media lebih dahulu.

Mustofa kemudian mengutip sebuah pesan dari Tjokroaminoto yang berpesan kepada para murid-muridnya. “Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator.”

Bacaan Lainnya

“Siapa yang tak kenal dengan Tjokroaminoto salah satu tokoh Islam yang merupakan guru dari para pahlawan Indonesia” Ungkap Mustofa.

Seperti di ketahui Tjokro ketika itu selalu menentang kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Salah satu yang dia tak setuju dengan pemerintah Hindia Belada adalah perbudakan. Orang pribumi dipekerjakan oleh Belanda layaknya budak bukan manusia.

Kemudian, saat Tjokro menjadi redaktur koran Bintang Soerabaya membuat pemerintah Hindia Belanda ketakutan. Tjokro mengkritik pemerintah Hindia Belanda melalui tulisannya di surat kabar Bintang Soerabaya dan lainnya.

Surat kabar yang ditulisnya laris dijual dan selalu dibaca oleh beberapa kalangan kala itu. Tjokro disebut ancaman bagi pemerintah Hindia Belanda karena menulis propaganda di seluruh surat kabar. Tjokro pun langsung dikenal oleh tokoh organisasi pergerakan yang melawan Hindia Belanda.

Bahkan ketika itu juga utusan Serikat Dagang Islam menemui Tjokro untuk diminta bergabung. Tjokro lantas tak menolaknya ikut bagian dari Serikat Dagang Islam yang telah dilarang oleh Hindia Belanda.

Siapa menyangka, lewat tangan dingin pria yang gemar mengenakan blangkon ini, lahir tokoh dan pemimpin besar Indonesia. Mereka adalah Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya.

Berangkat dari pemikirannya pula lahirlah berbagai macam ideologi bangsa Indonesia pada saat itu. Rumahnya sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk menimbah ilmu padanya.

Ia adalah orang yang pertama kali menolak untuk tunduk pada Belanda. Setelah ia meninggal, lahirlah warna-warni pergerakan Indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya, yakni kaum sosialis/komunis yang dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin. Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang islam merangkap sebagai sekretaris pribadi.

Namun, ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan politik pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan Partai Komunis Indonesia karena memproklamasikan “Republik Soviet Indonesia” yang dipimpin Muso.

“Kusno (Soekarno) jangan pernah malu untuk bertanya di sini, bertanyalah sebanyak-sebanyaknya,” kata Tjokro pada saat Soekarno datang pertama kali di rumahnya seperti dikutip film Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto. Menteri luar negeri pertama Agus Salim juga menimba ilmu kepada Tjokro

Kontributor Batam : Ali Gani

Pos terkait