Jangan Bantu Caleg Dari Buruh! Dan Miskinlah Selamanya

Bogor, KPonline, – Dalam kontestasi politik 2019 ini, banyak aktivis-aktivis buruh yang maju sebagai calon anggota legislatif, baik ditingkat DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPD dan DPR RI. Sebagai kaum buruh tentunya ini merupakan sebuah terobosan baru dan jalan baru dalam memperbaiki kesejahteraan bagi kaum buruh itu sendiri. Kok bisa?

Jadi begini. Sekelompok semut akan “menggotong” sepotong gula kecil secara bersama-sama tentunya. Begitulah yang seharusnya dilakukan oleh kaum buruh dalam “menggotong” kesejahteraan yang selama ini diidam-idamkan. Tapi apa hubungannya dengan pencalonan para aktivis buruh tersebut?

Bacaan Lainnya

Jadi begini. Dalam sebuah tim sepak bola, ada beberapa bagian penting yang harus dibagi-bagi perannya. Ada pelatih, ada asisten pelatih, ada yang mengurus air minum pemain, ada tukang pijat dan urut, dan peran-peran yang lain, serta tentunya peran pemain sepak bola tersebut. Dimana peran anggota legislatif yang berasal dari para aktivis buruh tersebut?

Jadi begini. Dalam sebuah proyek pembuatan film, ada peran yang tidak perlu disepelekan. Setiap peran adalah penting. Diluar peran para aktor dan aktris, ada peran sutradara yang menjadi penentu, akan ke arah mana film akan dibuat, seperti apa jalan ceritanya, dan bagaimana ending dari kisah film tersebut.

Peran-peran didalam sebuah pergerakan dan perjuangan kaum buruh, sebenarnya sudah di bagi-bagi berdasarkan kapabilitas, kualitas, kuantitas dan tentunya keinginan dari masing-masing pribadi kaum buruh itu sendiri. Kontribusi dari masing-masing pribadi adalah merupakan elemen-elemen penting dari sebuah pergerakan dan perjuangan kaum buruh.

Sebagai “semut”, kaum buruh haruslah selalu bergotong royong dalam “menggotong” kesejahteraan bagi kaum buruh itu sendiri. Sebagai “pemain” sepak bola, kaum buruh haruslah mampu mengatur strategi, berbagi , menyerang dan bertahan, disesuaikan dengan irama pertandingan. Sebagai “aktor dan aktris” film, kaum buruh haruslah berbagi “peran” yang telah ditetapkan oleh sang sutradara. Memainkan perannya masing-masing, dengan baik, sesuai skenario yang telah dituliskan didalam naskah.

Anggap saja, ada dari salah satu kawan buruh yang tidak mau turut serta dalam “menggotong” kesejahteraan yang akan sedang diperjuangkan calon anggota legislatif yang berasal dari buruh melalui lembaga legislatif. Anggap saja, ada dari satu atau dua orang buruh, yang tidak mau mengambil bagian dalam “permainan” politik yang sedang ditempuh organisasi. Anggap saja, ada banyak kaum buruh, yang tidak mau ambil bagian “peran” dalam sebuah film politik yang sedang digarap oleh organisasi. Anggap saja seperti itu.

Tapi ada satu hal penting yang harus kaum buruh ketahui dalam kontestasi politik ini. “Anda boleh tidak suka dengan partai yg digunakan oleh calon anggota legislatif yang berasal dari kaum buruh untuk “nyaleg”. Tapi haruslah diingat, akan tetap ada calon anggota legislatif, yang akan menjadi anggota lembaga legislatif dari partai tersebut. Dan jika yang menjadi anggota lembaga legislatif bukanlah dari calon anggota legislatif yang berasal dari kaum buruh, maka sudah bisa hampir dipastikan, calon anggota legislatif tersebut tidak akan pro-buruh. Jangan Bantu Caleg Dari Buruh! Dan Miskinlah Selamanya!

Jadi Begitu.

(RDW)

Pos terkait