Inilah Prinsip Dasar Sebuah Musyawarah Cabang Yang Wajib Dipahami

Sidoarjo,KPonline – Sebagai anggota serikat pekerja, tentunya sudah sering mendengar agenda yang bernama Musyawarah Cabang (Muscab). Ini adalah agenda untuk menyampaikan laporan pertanggungan jawab bagi pengurus lama atas program kerja yang telah di tetapkan dalam Muscab sebelumnya, juga untuk memilih Pengurus, membuat rekomendasi, dan program kerja.

Akan tetapi apakah kita mengetahui makna paling mendasar dari kegiatan ini? Kepada KPonline, pengurus Pimpinan Pusat SPL FSPMI Agus Kuncoro menjelaskan bahwa makna dasar dari Muscab adalah sebuah majelis permusyawaratan yang merupakan kawah Candradimuka bagi sebuah organisasi di tingkat cabang untuk bisa terus berjalan atau malah berhenti.

Bacaan Lainnya
PP SPL FSPMI Agus Kuncoro ketika memberikan evaluasi atas pelaksanaan Muscab SPL FSPMI KAb Sidoarjo.

Agenda 5 tahunan ini biasanya diadakan di sebuah Hotel yang pastinya dengan biaya yang tidak sedikit. Maka secara tidak langsung, bagi yang ikut berpartisipasi, dirinya akan “dimuliakan” dari yang sebelumnya mungkin hanya terlaksana di petak kecil atau ruangan yang tidak begitu luas. Jika dimuliakan maka sepatutnya menjaga sikap dan perilaku sehingga apa yang kita hasilkan dari majelis permusyawaratan itu adalah sesuatu yang mulia pula.

Sukses dan tidaknya Muscab dapat diprediksi dari awal dengan memperhatikan bagaimana cara berpakaian dan cara bicara di dalam majelis. Misalnya di sebuah Muscab seseorang datang hanya mengenakan sandal jepit, memakai celana pendek, dan baju yang lusuh, bukankah bisa di sinyalir bahwa seseorang ini datang hanya untuk menggugurkan kewajiban saja tanpa ada persiapan gagasan untuk disampaikan di depan majelis.

Rapat Komisi dalam Muscab PC SPL FSPMI Sidoarjo. (Foto: Anam)

Rapinya proses sebelum Muscab seperti saat rapat persiapan, pembentukan Panitia Pengarah (Steering Comitee) dan Panitia Pelaksana (Organizing Comitee) juga harus di perhatikan dengan baik dan di mengerti oleh para pelaku didalamnya. Sehingga bisa meminimalisir permasalahan yang terjadi ketika Muscab berlangsung.

Hal lain yang jadi perhatian adalah kecakapan dan kesiapan para Pimpinan Sidang dalam memimpin jalannya Majelis, sebagai pemegang palu keputusan maka pimpinan sidang harus bisa meletakkan dirinya sebagai “yang mulia” dan menahan untuk melontarkan kalimat kalimat candaan yang nantinya justru akan ditanggapi juga dengan kalimat tidak serius. Sehingga bisa mengaburkan apa yang menjadi materi pembahasan.

Pelaksanaan Muscab VI SPL FSPMI Sidoarjo berjalan lancar. (Foto: Anam)

Hal hal seperti diatas patut untuk selalu di ingatkan karena baik buruk yang dilakukan dalam Muscab adalah miniatur perilaku kita ketika melakukan kerja kerja advokasi serta seperti halnya saat mengadakan Musnik di PUK masing masing,bukankah ini berarti Muscab adalah sesuatu yang sangat penting dan harus di perhatikan di setiap prosenya?.

Jadi mulai dari sekarang hendaknya kita mulai belajar untuk menghormati agenda seperti ini dengan sikap dan perilaku layaknya di dalam Persidangan yang sesungguhnya, tidak sekedar acara kongkow kongkow di warung kopi karena setiap yang ikut di dalamnya adalah orang orang terpilih yang dimuliakan maka apa yang dihasilkan haruslah sesuatu yang bisa memuliakan anggota lainnya.(Khoirul Anam/Sidoarjo).

Pos terkait