Catatan Mayday 2020 : Tak Kuat Bayar Sewa Rumah Ratusan Ribu TKI Malaysia Terancam Terusir

Kuala Lumpur,KPonline –  Kebijakan Malaysia untuk melakukan semi Lock Down untuk mengatasi menyebarnya wabah virus COVID-19 ikut dirasakan oleh buruh migran Indonesia yang ada di Malaysia. Kementerian Luar Negeri RI di kutip dari MI menilai kebijakan itu tidak hanya berdampak bagi penduduk setempat, melainkan juga warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Negeri Jiran.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu RI, Judha Nugraha, mengatakan mayoritas WNI di Malaysia adalah pekerja migran. Menurutnya, golongan yang paling terdampak MOC ialah WNI yang bekerja sebagai buruh harian lepas.

Bacaan Lainnya

“Sedangkan mayoritas pekerja migran Indonesia yang memiliki majikan dalam kondisi relatif baik,” ujar Merespons persoalan di tengah pandemi covid-19, seluruh perwakilan Indonesia di Malaysia telah memberikan bantuan logistik kepada pekerja migran Indonesia (PMI) yang paling rentan.

Melansir SCMP, nasib ini salah satunya terjadi pada Agung, pekerja asal Indonesia berusia 30 tahun yang bertahan hidup selama ini dengan hanya makan telur dan mi instan di tempat penampungan buruh konstruksi.

Agung, biasanya bisa dapat 2000 ringgit sebulan atau sekitar Rp 7 juta sebulan dari hasil kerja kasar sebagai buruh bangunan. Namun, sejak Malaysia lockdown ia kehilangan penghasilannya.

Ia kini mengandalkan makanan dari bantuan NGO, yang diperkirakan hanya akan bertahan 4 sampai 5 hari lagi.

“Saya tidak tahu bagaimana habis itu,” ujar Agung, sebagaimana dikutip dari SCMP, Jumat (24/4/2020).

Ditambah, Agung sebagai tulang punggung kini kepikiran dengan nasib istrinya, anaknya yang berumur satu tahun, dan orang tuanya yang berusia lanjut di desa di Medan.

“Saya sudah tidak bisa kirim uang ke mereka dua bulan ini, saat ini makanan sih masih ada tapi nggak tahu sampai berapa lama,” katanya.

Agung merupakan satu dari 2,5 juta pekerja migran di Malaysia, dan kebanyakan Muslim. Tekanan hidup mereka kini sangat berat dan berganda seiring datangnya bulan Ramadan .Sudahlah terkena masalah keuangan, mereka pun tak bisa kemana-mana dan pulang kampung sampai hari raya tiba.

Larangan mudik ini bahkan sudah diumumkan oleh Presiden Joko Widodo, dan berlaku juga kepada buruh migran yang berada di luar negeri.

Ketua NU Cabang Malaysia Mahfud Budiono, yang juga TKI, menyebut saat ini terdapat 700 ribu buruh yang terdata di industri konstruksi. Namun, masih terdapat 1,5 juta buruh lainnya yang tak memiliki dokumen resmi dan bekerja di Malaysia.

Mereka bekerja untuk sektor industri, restoran, jasa bersih-bersih, dan lainnya. Semuanya sudah dirumahkan sejak lockdown berlangsung, dan diharapkan bisa berakhir Selasa depan. Namun masih ada kemungkinan diperpanjang.

“Mereka sudah kuras tabungan untuk sewa rumah dan kebutuhan pokok lainnya,” ujar Mahfud.

Sebanyak 400 ribu buruh bahkan terancam diusir dari kontrakannya karena tak ada uang untuk bayar sewa, yang rata-rata sejumlah 1200 ringgit sebulan.

Bersama dengan 20 NGO, NU Malaysia telah memberi bantuan makanan kepada para buruh dan tenaga kerja di kisaran Kuala Lumpur dan Selangor. Tapi mereka tetap kewalahan dan kurang.

Pemerintah Malaysia juga sudah menyumbang 1000 karung beras masing-masing 5 kilogram sejak 3 April kemarin, sementara pemerintah Indonesia sudah mengirimkan 100 ribu sembako kepada para pekerjanya.

Direktur Eksekutif NGO Tenaganita Glorene Das menyebut, “Para TKI tidak takut covid-19, tapi mereka takut kelaparan karena tak punya penghasilan lagi.”

Pos terkait