Suka Duka Relawan Jamkeswatch Bogor

Bogor, KPonline – Sekitar pukul 23.30 WIB ponsel milikku berbunyi, setelah kulihat ada 6 kali panggilan tak terjawab. Ada apa gerangam? Kutelepon balik nomer itu, karena sepertinya ada hal penting yang akan disampaikan.

Ternyata dugaanku benar. Seorang teman menjawab panggilan teleponku diujung sana. Saepudin namanya. Dia berbicara tergesa-gesa seakan akan ada sesuatu hal yang sedang memburunya. Terdengar nada resah dan gelisah, sebab ada permintaan dari nada pembicaraannya. Dia meminta bantuanku.

Bacaan Lainnya

Seorang adiknya sedang sakit tak berdaya, untuk bangun dari pembaringan pun tak mampu. Bahkan berbicara pun sulit. Kondisinya sudah gawat, harus segera diambil tindakan medis dengan segera. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, waktunya beristirahat bagi sebagian orang. Tapi bagi kami, Relawan Jamkeswatch adalah amal kebaikan dan ladang pahala.

Dengan menggunakan kendaraan roda empat pinjaman dari seorang kawan, dari Bogor kami menuju ke sebuah daerah perkampungan diwilayah pergudangan dekat Bandara Internasional Soekarno-Hatta, tempat dimana lokasi si pasien sedang tergolek tak berdaya.

Wajah Saepudin memancarkan kekhawatiran yang luar biasa. Adiknya sedang terkulai tak berdaya, disebuah tempat yang belum pernah sama sekali ia datangi. Kami berjalan menyusuri jalan dan gang sempit, terus bertanya dan mencari. Dan akhirnya, tanpa sengaja, disebuah gang sempit kami melihat seseorang sedangĀ  berjongkok di depan pintu kontrakan. Dengan tatapan kosong dan penuh pengharapan, berharap datang sebuah pertolongan.

Saepudin tak kuasa menahan deraian airmata. Tanpa banyak bicara, sang Adik diangkat dan langsung dibawa menuju mobil. Perjuangan belum selesai sampai disitu, karena kami buta akan daerah Jakarta. Diputuskan, kami akan membawanya ke Bogor.

Tiba di salah satu rumah sakit swasta di Bogor, pasien ditolak karena harus dirawat di ruang isolasi. Sedangkan ruang isolasi sudah terisi penuh. Kami pun diarahkan untuk segera mencari rumah sakit dengan fasilitas ruang isolasi.Kami beradu argumentasi dengan pihak staff rumah sakit swasta tersebut. Kami bersikeras agar pasien dirawat di rumah sakit tersebut, minimal di ruang IGD hingga kami mendapatkan ruang isolasi.

Hari sudah menjelang pagi, kumandang adzan Subuh sudah terdengar. Tapi kami kembali menyusuri jalan-jalan di Kota Bogor ini. Hingga hari sudah mulai meninggi, kami sempat beristirahat untuk beberapa saat. Hingga sore kami dapati kembali, dan gelap mulai menyelimuti Kota Bogor ini.

Ba’da Maghrib kudapati kabar bahwa ada sebuah rumah sakit swasta disana yang ruang isolasinya sedang kosong. Tanpa pikir panjang, kami membawanya kesana.

Ruangan sudah kami dapatkan, tapi kembali kami harus mencari sesuatu yang penting. Yaa..Darah. Pasien harus mendapatkan tranfusi darah minimal 1 kantong darah.

Komunikasi dan koordinasi dengan kawan-kawan Relawan Jamkeswatch dan seluruh rumah sakit yang ada di Bogor, akhirnya membuahkan hasil. Kami mendapatkan 2 kantong darah yang sesuai dengan golongannya.

Beberapa jam kemudian, pasien sudah mulai menunjukkan peningkatan kestabilan. Rasa haru dan bahagia buat kami semua.

Semoga lekas sembuh Denda Setiawadi

27 Maret 2018

Penulis : Ary Samudera

Relawan Jamkeswatch Bogor

Pos terkait