Srikandi Garda Metal, Kalian Dimana?

Bogor, KPonline – Nampak dari kejauhan, dua orang perempuan mengenakan seragam Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Garda Metal. Keduanya mengenakan hijab berwarna hitam, yang sepertinya identik dan kontras dengan bandana yang menempel diatasnya. Gagahnya mereka tidak seperti gagahnya Kaum Adam yang berada disekeliling mereka, akan tetapi keanggunan dari sebuah ketegasan sikap seorang anggota Garda Metal.

Namanya Robiatissadiyah, sering disapa dengan panggilan Embi. Saat ini perempuan lajang ini menjadi seorang buruh di salah satu pabrik di kawasan industri Wanaherang, Gunung Putri, Bogor. Perempuan berparas cantik ini sudah berpindah-pindah tempat bekerja, dari satu pabrik ke pabrik yang lain. “Udah pernah kerja dipabrik sepatu, dimana-mana. Sekarang kerja dipabrik tas di Gunung Putri” tutur Embi kepada awak Media Perdjoeangan Bogor.

Bacaan Lainnya


Lain lagi dengan Vivin Anggraeni. Perempuan lajang yang satu ini, juga merupakan salah seorang Relawan Jamkeswatch Bogor. “Berbagi waktu aja sama keluarga. Keluarga tetap yang paling utama, tapi sebisa mungkin bisa berbagi waktu untuk organisasi. Di Garda Metal aktif, di Jamkeswatch juga jalan. Yaa dijalanin aja, ikhlas aja” jelas Vivin disela-sela Rapat Rutin 2 bulanan Garda Metal Bogor pada Minggu 20 Oktober 2019 yang lalu.

Menjadi minoritas ditengah-tengah mayoritas adalah merupakan sesuatu hal yang tidak mudah. Apalagi jika hal tersebut menyangkut persoalan gender, jenis kelamin atau apapun itu penyebutannya. Terlebih-lebih jika kaum perempuan harus bersama-sama dengan kaum laki-laki didalam satu barisan yang sama. Mungkin pada awalnya akan timbul risih, tidak nyaman dan seringkali menjurus ke arah hal-hal yang kurang menyenangkan.

“Kalo digodain sih sering yaa. Tapi kita sebagai kaum perempuan harus bisa membawa diri. Supaya cowok-cowok itu nggak “keganjenan” juga karena kita kasih “angin”. Dulu awalnya risih sih, tapi lama-lama kelamaan juga mereka ngerti koq. Kalo ada apa-apa kan kita bisa lapor ke Korlap atau ke Korea kita masing-masing. Kalo perlu kita lapor ke Pangkorda langsung, biar kapok mereka” ungkap Embi.

Menurunnya tingkat kehadiran Srikandi Garda Metal disetiap agenda organisasi ataupun aksi-aksi, salah satunya adalah karena faktor “urusan perempuan”. “Kewajiban perempuan kan banyak. Dari urusan dapur sampe urusan rumah tangga yang lain. Haid dan tetek bengek urusan perempuan tuh banyak banget. Coba deh sekali-kali, cowok-cowok itu ngerasain jadi perempuan. Kuat nggak?” canda Vivin.

Memang, kita harus maklum dengan “urusan perempuan”, karena hanya kaum perempuan sajalah yang mengerti urusan kaum perempuan itu sendiri. Akan tetapi, kita pun harus mengapresiasi dan menghormati kaum perempuan, yang hingga kini masih setia dan tetap tegak berdiri, berada dalam barisan perjuangan dan pergerakan kaum buruh.

Robiatissadiyah dan Vivin hanyalah salah dua dari sekian banyak Srikandi Garda Metal yang hingga kini masih terus ada dan bergerak. Mereka berharap dibuatkan suatu wadah, entah sebuah grup diskusi atau grup di media sosial, yang bisa menjadi ajang komunikasi, silatutahmi dan berbagi informasi.

“Pengen gitu ada grup WA khusus Srikandi Garda Metal. Biar kita saling mengenal, saling berkomunikasi dan berbagi informasi” ungkap Embi. Mereka pun menyampaikan pesan kepada awak Media Perdjoeangan Bogor, yang ditujukan kepada seluruh Srikandi Garda Metal yang ada diseluruh Indonesia. “Jumlah kita memang hanya beberapa ratus orang saja. Kita memang kaum perempuan. Tapi, militansi kita terhadap organisasi boleh diadu dengan kaum laki-laki. Harapan kami, yuk Srikandi Garda Metal, sesibuk apapun kita, seheboh apapun kegiatan kita sehari-hari sebagai kaum perempuan, kita sempatkan waktu untuk kembali ke Garda Metal. Jangan sampe kita lupa, janji dan sumpah kita waktu Latsar Garda Metal, sampe dilantik menjadi anggota Garda Metal” jelas Embi. (RDW)

Pos terkait