“Saatnya Membangun Kekuatan Politik Alternatif”

Launching buku 'Gagasan Besar Serikat Buruh' yang dilanjutkan dengan Seminar tentang 'Politik Buruh dan Dana Pensiun'
Launching buku ‘Gagasan Besar Serikat Buruh’ yang dilanjutkan dengan Seminar tentang ‘Politik Buruh dan Dana Pensiun’

Oleh: Kahar S. Cahyono

.

Bacaan Lainnya

Gagasan itu menggerakkan. Gerakan tanpa gagasan hanya akan membuat kita terombang-ambing, dan pada akhirnya tidak akan pernah sampai ke tempat tujuan.

.

Apakah kita perlu membangun alat politik alternatif?

“Sangat perlu,” jawabnya. Cepat.

Seolah jawaban itu sudah ia kuasai diluar kepala. Dari sikapnya ketika memberikan jawaban, terlihat jika ia cukup memahami relasi antara serikat pekerja dan politik. Lebih dari perlu, bahkan. Kaum buruh, menurutnya, harus bekerja dengan penuh kesungguhan untuk membangun alat politik.

Alat politik yang ia maksud adalah partai politik. “Sekaranglah saatnya buruh memiliki partai politik sendiri,” ia menegaskan.

Ia, bernama Ilhamsyah. Akrab dipanggil Boing. Baru-baru ini ia kembali terpilih sebagai Ketua Umum SBTPI yang berubah menjadi FSBTPI.

Boing menyampaikan hal itu ketika menjadi pembicara dalam Seminar tentang Serikat Buruh dan Politik yang diselenggarakan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) di Hotel Grand Cempaka. Selain Boing, Mochtar Pakpahan dan Rizal Ramli juga hadir sebagai pembicara dalam seminar yang diselenggarakan di hari yang sama ketika Presiden KSPI Said Iqbal melaunching bukunya ‘Gagasan Besar Serikat Buruh’, tanggal 5 Februari 2015.

Bak gayung bersambut. Dalam bukunya, Iqbal juga menulis satu bab khusus tentang politik. Dalam buku ini Iqbal bahkan sudah memikirkan tentang tahapan yang harus dilakukan ketika buruh hendak mendirikan partai politik alternatif.

Selanjutnya, Boing memberikan penjelasan tentang landasan pikir, mengapa saat ini buruh perlu memiliki partai politiknya sendiri. Ia menyebut tiga hal. Pertama, akibat kegagalan partai politik yang ada saat ini. Kedua, adanya keresahan masyarakat yang terus meluas. Dan selanjutnya adalah, kesadaran politik yang terus tumbuh dikalangan buruh.

Dalam pemaparan selanjutnya, ia merinci tiga hal yang menjadi landasan pikir mengapa saat ini sudah saatnya buruh memiliki partai politik sendiri.

.

Alasan Pertama: Kegagalan Partai Politik Yang Ada Saat Ini

Apa bentuk kegagalannya? Ia menjelaskan, partai yang ada sekarang, tidak ada satu pun yang dalam pendiriannya ditujukan untuk membangun kesadaran rakyat. Mereka sekedar menggunakan buruh, petani, dan nelayan sebagai pendulang suara. Mereka sama sekali tidak berpihak kepada rakyat. Kalaupun ada keberpihakan, itu hanyalah kamuflase.

Lihat saja. Kebijakan ekonomi politiknya semua sama. Bahkan tak jarang mereka satu suara terkait dengan kebijakan yang jelas-jelas merugikan rakyat. Ada banyak contoh yang bisa kita sebut. Salah satunya adalah lahirnya Undang-undang yang tidak memihak kepada rakyat.

Gagalnya partai politik juga bisa dilihat dari banyaknya elit politik yang terjerat kasus korupsi. Tidak perlu heran dengan fenomena ini. Karena orientasi politiknya adalah kekuasaan untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Bukan untuk mensejahterakan seluruh rakyat.

.

Alasan Kedua: Keresehan Masyarakat Yang Terus Meluas

Kalau kita bisa melihat, saat ini hampir semua element gerakan rakyat sudah bergerak – meskipun dalam skala yang berbeda.

Mahasiswa melakukan aksi protes terkait dengan persoalan yang mereka hadapai. Juga tentang kebijakan yang tidak berpihak, seperti yang terlihat dalam kenaikan BBM beberapa waktu yang lalu.

Petani protes dengan tanahnya yang dirampas. Ada banyak petani yang mati dalam konteks mempertahankan tanahnya. Belum lagi berbicara harga pupuk yang mahal dan penjualan yang tidak sepadan dengan tenaga serta biaya yang mereka keluarkan.

Nelayan mempersoalkan harga solar. Mereka kalah bersiang dengan kapal besar dan pemerintah seperti lepas tangan. Membiarkan mereka bertarung sendirian di tengah laut. Buruh bahkan lebih maju lagi. Mogok nasional dilakukan. Seluruh kawasan industri dan kota-kota besar bergerak. Saya kira, ini adalah cermin dari adanya ketidakpuasan atas kinerja pemerintah.

.

Alasan Ketiga: Kesadaran Politik Yang Terus Tumbuh

Terutama dalam beberapa tahun terakhir. Kita ambil contoh tentang partisipasi buruh dalam pemilu 2014. Hampir semua serikat menyadari akan pentingnya untuk ikut menempatkan kadernya kedalam sistem. KSPI menyatakan go publik. Keluar dari kungkungan yang selama  ini membelenggu kesadaran politik. Tututannya tidak lagi pada pengusaha di tempatnya bekerja, tetapi sudah mulai menuntut tanggungjawab negara.

Tidak hanya KSPI. Banyak serikat pekerja lain melakukan hal yang sama. Artinya, kesadaran politik dari buruh sudah mulai tumbuh. Kesadaran untuk ikut terlibat dalam menentukan arah negara sudah ada.

Lebih lanjut ia menyampaikan, hari ini secara mayoritas, serikat buruh tidak lagi alergi terhadap politik. Tuntutan serikat buruh tidak hanya kepada pengusaha, tetapi juga kepada negara. Oleh karena itu perspektifnya harus diperluas: Negara seperti apa yang ingin kita wujudkan untuk kemakmuran seluruh rakyat.

Itulah alasannya, kenapa hari ini dibutuhkan kekuatan politik alternatif.

.

Kemudian ia membandingkan dengan kondisi ketika Mochtar Pakpahan mendirikan partai politik. Saat itu, demikian Boing mengatakan, kesadaran buruh belum muncul. Kalaupun ada yang memiliki kesadaran, itu hanya segelintir orang. Tetapi situasi hari ini berbeda. Buruh terus bergerak berhadapan langsung dengan negara. Berhadapan dengan kekuasaan.

Mochtar, yang saat itu hadir sebagai pembicara hanya tersenyum. Peserta seminar bertepuk tangan.

Perlunya partai politik alternatif berbasis massa, kata Boing, sebenarnya sudah mulai dibicarakan satu tahun yang lalu. Ide itu berangkat dari realitas gerakan kaum buruh sejak orde baru maupun reformasi. Kalaupun kita berbicara perubahan yang didapat oleh rakyat pasca reformasi, itu  adalah adanya ruang demokrasi. Tetapi dalam ruang ekomomi, rakyat tidak mendapatkan perubahan yang berarti. Dalam bidang ketenagakerjaan, sebagai contoh, kita dihadapkan pada situasi yang lebih sulit dengan adanya sistem kerja kontrak dan outsourcing. Upah murah, jaminan sosial yang tidak memadai, dan sebagainya. Diluar itu, kita melihat, persoalan bangsa ini seakan tidak ada ujungnya. Dari tahun ke tahun kebijakannya semakin neolib.

Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain. Harus ada kekuatan politik alternatif yang bergerak secara nasional guna mengembalikan haluan negara agar berpihak kepada rakyat yang banyak. (*)

*) Bagian pertama dari tiga tulisan yang dipersiapkan.

.

Catatan:

Tulisan ini merupakan inti dari pemaparan Ilhamsyah (Ketua Umum SBTPI) dalam Seminar Nasional tentang Politik Buruh yang diselenggarakan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) di Hotel Grand Cempaka pada tanggal 5 Desember 2015. Sebelum seminar diselenggarakan, terlebih dahulu diadakan launching buku Gagasan Besar Serikat Buruh yang ditulis oleh Presiden KSPI Said Iqbal

Pos terkait