Rezim Kejam di Negeri Yang Suram

Bogor, KPonline – Ditengah-tengah kekisruhan dan kebingungan rakyat akibat perlambatan ekonomi, diam-diam para wakil rakyat masih saja membahas Rancangan Undang-undang Cipta Kerja, atau yang lebih dikenal dengan RUU Omnibus Law. Pertemuan para wakil rakyat tersebut, dilakukan di salah satu hotel di Tangerang. Hal tersebut membuat buruh-buruh yang ada di wilayah Banten dan sekitarnya geram. Padahal, penolakan demi penolakan terhadap RUU Sapu Jagad tersebut, telah sering kali dan akan terus mendapatkan perlawanan dari seluruh kalangan masyarakat Indonesia.

Kajian-kajian ilmiah oleh para akademisi, sudah dilakukan dan menyepakati bahwa RUU Omnibus Law akan sangat merugikan rakyat Indonesia. Diskusi-diskusi telah digelar, dan juga mendapatkan kesepahaman bahwa RUU Omnibus Law, akan berdampak negatif hingga ke anak cucu dari generasi yang sekarang ada. Tapi kajian-kajian ilmiah, diskusi-diskusi publik yang sarat dengan penyampaian informasi yang ilmiah pun, tidak digubris oleh baik itu pihak pemerintah, maupun pihak wakil rakyat. Karena sangat terdengar aneh, jika memang wakil rakyat, kenapa tidak mau mendengarkan rintihan rakyat. Pun begitu dengan pihak pemerintah, karena seakan-akan pihak pemerintah, berambisi sekali untuk menginjak rakyatnya dengan kebijakan dan perundang-undangan yang jelas-jelas akan menindas rakyatnya sendiri.

Bacaan Lainnya

Secara diam-diam, para wakil rakyat bersama para pejabat, diduga sedang merencanakan mufakat jahat. Diduga kuat, mufakat jahat tersebut merupakan pesanan para korporat jahat yang ingin mengeksploitasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia Indonesia, hingga sekarat.

Secara diam-diam, mereka melakukan pertemuan di sebuah hotel untuk membahas RUU Omnibus Law. Dan hal ini pun lebih lucu lagi, karena sejauh sepengetahuan rakyat Indonesia yang katanya diwakili oleh mereka, rakyat Indonesia memiliki gedung megah untuk mereka rapat di seputaran Senayan. Lalu buat apa gedung megah itu, jika mereka diam-diam rapat di hotel ?

Diam-diam dan tengah malam. Apakah familiar ditelinga Anda, jika mendengar kata-kata tersebut jika ada yang mengucapkan ? Diam-diam bagi wakil rakyat, dan tengah malam bagi Komisi Pemilihan Umum. Karena masih hangat didalam ingatan kita, ketika KPU mengumumkan hasil perhitungan pemungutan suara untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024. Ya, tengah malam. Entah karena mereka suka sekali begadang, atau memang mereka gemar bangun malam, lalu melaksanakan sholat tahajjud.

Kenapa harus tengah malam, ketika KPU mengumumkan hasil penetapan Presiden dan Wakil Presiden ? Sejauh dan sepengetahuan saya, waktu tengah malam memang merupakan waktu yang istimewa ketika menghadap Sang Khalik. Dua pertiga malam adalah waktu yang terbaik, untuk “bercakap-cakap” dengan-Nya. Mengadukan segala permasalahan dan bersujud kepada-Nya, sebagai ungkapan kepasrahan diri. Akan tetapi, apa kata dunia ketika sebuah lembaga negara mengumumkan sebuah keputusan, dan dibacakan pada saat tengah malam ? Kenapa harus disaat tengah malam, memutuskan sebuah keputusan, yang dampaknya akan berimbas terhadap ratusan juta orang ?

Diam-diam dan tengah malam. Para wakil rakyat, diduga kuat secara diam-diam akan “membunuh” masa depan rakyatnya melalui peraturan dan perundang-undangan. Para wakil rakyat bersama para pejabat, diduga kuat sedang melakukan mufakat jahat, untuk mengeksploitasi rakyat dan negeri ini.

Diam-diam dan tengah malam. Para pejabat negara, mengumumkan sebuah keputusan, disaat rakyat sedang nyenyak tidur dan lelap. Dan ketika terbangun, rakyat bingung dan muram. Karena kebijakan, peraturan dan perundang-undangan yang dibuat, diundangkan dan diatur di negeri ini. Dibuat secara diam-diam dan diundangkan pada saat tengah malam. Dan itulah kenapa, masa depan negeri ini semakin suram. (RDW)

Pos terkait