Puisi : Matinya Keadilan Tanah Air Kami

Seorang mahasiswa di Batam membawa Pocong dalam aksi unjuk rasa bersama buruh untuk menolak kenaikan harga BBM –Koranperdjoeangan.com/ Photo : Maryam Ete

Merdekaaa…
Merdekaaa…
Merdekaaa…

Merdeka yang seperti apa
yang ada di negeri kita ini
seperti apa?…

Tanah airmata tanah tumpah darahku
Air mata tanah air kami
Disinilah kami bangun

Di balik gembur subur tanahmu
Kami simpan perih kami
Di balik etalase gedung-gedungmu
Kami coba sembunyikan derita kami

Kami coba simpan nestapa kami
Kami coba kuburkan dukalara kami
Tapi, perih tak dapat sembunyi
Ia merebak kemana-mana

Bumi memang tak sebatas pandang
Dan udara luas menunggu
Namun kalian takkan dapat menyingkir

Kemanapun melangkah
Kalian pijak airmata kami
Kemana pun terbang
Kalian kan hinggap di airmata kami
Kemanapun berlayar
Kalian arungi airmata kami

Kalian sudah terkepung
Takkan dapat mengelak
Takkan dapat kemana pergi
Menyerahlah pada kedalaman airmata kami

Keadilan telah dipermainkan dengan uang
Kebenaran telah di perjual belikan
Seakan hilang rasa kasih sayang
Digantikan fitnah serta kekejaman.

Rakyat kecil jadi bulan – bulanan yang berwenang
Seakan – akan mereka di gilas dan dilindas
Mungkin pertiwi ini khusus bagi orang yang beruang
Dan kaum bawah senantiasa dilibas.

Pada negeri ini,
keadilan adalah janda renta
ditinggal mati suami
bernama kedamaian

keadilan adalah yatim piatu
meringkuk lemah
menjauh dari serigala kekuasaan

keadilan adalah kulit-kulit padi
hitam terbakar bersama jerami
lalu hilang dibawa derasnya hujan yg mengalir

keadilan adalah najis
bagi kotoran akal dan nafsu
Di negeri itu,
keadilan adalah dukun tanpa ilmu

Puisi ini dibawakan Lilis seorang mahasiswi kota Batam saat aksi 19 Sep 2022.
Gabungan puisi Tanah Air Mata Karya Sutardji Calzoum Bachri dan Keadilan di Negeri Itu Karya Nanda Candra Kirana Silitonga.