Purwakarta, KPonline – Perselisihan antara Serikat Pekerja dan PT. Sepatu Bata Tbk terkait dugaan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak yang dialami oleh para pengurus PUK SPAI-FSPMI PT. Sepatu Bata ternyata masih terus berlanjut.
Dimana, setelah PUK SPAI-FSPMI PT. Sepatu Bata terus melakukan berbagai upaya agar pengurus mereka bisa dipekerjakan kembali. Namun, ternyata pengurus serikat pekerja atau serikat buruh (SP/SB) Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Aneka Industri Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (PUK SPAI-FSPMI) PT. Sepatu Bata tetap dipaksa untuk mengundurkan diri alias ter-PHK dari perusahaan. Terpaksa, jalan aksi unjuk rasa pun akan ditempuh PUK SPAI-FSPMI PT. Sepatu Bata.
“Tidak adanya titik temu atas langkah PUK dalam mempertahankan pengurus untuk bisa dipekerjakan kembali melalui perundingan bipartit dan mediasi. Terpaksa, kita menempuh jalan aksi,” tegas Dani Mardani sebagai ketua PUK SPAI-FSPMI PT. Sepatu Bata.
Sebelumnya, perusahaan Sepatu Bata yang berkantor pusat di Jl. RA. Kartini, Kav. 28 Cilandak Barat, Jakarta Selatan dan masuk menjadi anggota Bata Shoe Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat di Laussane, Switzerland mengeluarkan surat PHK tanpa kesepakatan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan.
Lebih lanjut, Dani Mardani pun mengatakan di depan anggotanya dalam agenda konsolidasi pada Jumat (27/11) di PT. Sepatu Bata menjelang aksi bahwa kalau perusahaan mem-PHK pengurus, bisa saja untuk semua anggota selanjutnya akan mudah di PHK oleh pihak perusahaan.
Bila merujuk kepada undang-undang ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003, tentunya hal yang sudah dilakukan oleh perusahaan yang hampir seluruh sahamnya dikuasai Bafin (Nederland) B. V, mungkin tidak bisa dibenarkan. Dan bisa dikatakan atas apa yang sudah dilakukan oleh perusahaan tersebut, selain PHK, ada dugaan unsur pelemahan terhadap serikat pekerja atau serikat buruh (PUK SPAI-FSPMI PT. Sepatu Bata)
