Phk, Bukan Berarti Rejeki Kita Berhenti

Bogor,KPonline -Seringkali Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi momok yang menakutkan bagi setiap pekerja atau buruh. Merasa langit runtuh berkeping-keping dan ini adalah akhir dari segalanya. Bahkan, tidak jarang ada yang berprasangka bahwa hidup akan segera berakhir. Mati gue ! Pasti itu salah bentuk ungkapan yang biasanya dilakukan dan diucapkan.

Berbagai macam cara dilakukan oleh buruh-buruh yang ter-PHK dalam menghadapi hidup.

Bacaan Lainnya

“Mampu bertahan hidup saja sudah bersyukur Bang” terkenang salah seorang kawan buruh yang sudah ter-PHK atas kisah hidupnya sebagai buruh yang sedang dalam proses PHK.

Bagaimana dengan rezeki yang didapat oleh pasangan hidup kita ?

Sebut saja Siti Marpuah yang baru saja melangsungkan pernikahan pada Sabtu, 10 Februari 2018. Mput nama panggilannya, merupakan salah seorang buruh yang sudah ter-PHK. Anggota PUK SPAI-FSPMI PT. Shin Han Indonesia ini pun juga merupakan anggota Garda Metal Bogor Raya. Setelah ter-PHK pada Desember 2017 yang lalu, dia bersama kawan-kawan buruh perempuan yang lainnya hingga saat ini pun masih tetap melakukan perlawanan. Meskipun Aksi Mogok Kerja dan Aksi Unjuk Rasa yang dilakukan oleh pengurus dan anggota PUK SPAI-FSPMI PT. Shin Han Indonesia sudah tidak dilakukan sementara waktu, tetapi perlawanan masih mereka lakukan di ranah Pengadilan Hubungan Industrial.

“Sempat bingung mau ngapain dan apa yang harus dilakuin, karena kan biasanya kerja jadi nggak punya pekerjaan” ungkap Mput kepada Media Perdjoeangan FSPMI Bogor. Gundah gulana atas situasi dan kondisi yang berubah drastis, biasanya akan mengubah persepsi danĀ  cara berpikir seseorang dalam menghadapi masalah.

“Tapi syukur alhamdulillah, rezeki mah nggak kemana” dengan senyum sumringah Mput menceritakan pertemuannya dengan Erwin, seorang laki-laki yang berprofesi sebagai wirausahawan. Mput pun sering membantu “sang pacar” dalam usahanya, secara online maupun offline.

“Sekalian belajar dagang juga kan Bang” ungkap Mput. Hingga akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Erwin meminang Mput dan akan segera menikahinya secara sah dalam waktu dekat. Dan tibalah waktu yang ditunggu-tunggu tersebut. Di Mesjid Al Ikhlas tepat didepan rumah mempelai wanita, akad nikah pun diadakan dan ijab qabul pun diucapkan.

Dukungan dari kawan yang sangat berarti

Dengan gaya pernikahan adat Sunda, upacara adat pun dilangsungkan dengan sangat meriah. Senyum simpul dari kedua mempelai terselip diantara rasa haru bahagia yang dirasakan oleh kedua keluarga besar. Tidak ketinggalan, hadir pula kawan-kawan buruh perempuan yang juga sudah ter-PHK dari PT. Shin Han Indonesia. Mereka pun turut serta membantu dalam proses pernikahan yang sedang dilakukan oleh sahabat seperjuangan. Beberapa orang menjadi penerima tamu, menjaga parkiran, memasak didapur dan membantu berbagai hal. Bahkan sejak menyebarkan undangan pun dilakukan oleh kawan-kawan anggota PUK SPL-FSPMI PT. Shin Han Indonesia.

“Hikmahnya sih banyak juga, saudara-saudara jadi semakin akrab dan dekat. Teman-teman yang ter-PHK sekarang udah kayak saudara sendiri” lanjut Mput. “Bener apa kata orang-orang tua, rezeki itu ternyata nggak kemana. Dulu kan rezeki saya harus cari sendiri, tapi sekarang rezeki yang saya dapat lewat suami” sambil senyum dan tawa Mput menceritakan kisahnya.

Bersama dengan orangtua yang selalu mendukungnya

Rezeki ternyata tidak hanya berbentuk uang, tidak hanya berupa upah atau gaji bulanan yang kita terima dari perusahaan dimana kita bekerja, tetapi rezeki itu sangat luas bentuknya. Sebagai manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tentu kita akan mempasrahkan diri kepada-Nya untuk urusan hidup dan mati, begitu juga jodoh dan rezeki. Jadi masihkah kita sebagai buruh khawatir akan rezeki kita ?

Pos terkait