Pahlawan dan Tokoh Buruh Indonesia

Blitar, KPonline – Bulan Mei adalah bulan penuh inspirasi. Di awali dengan peringatan hari buruh yang disusul dengan hari pendidikan. Pun di dalamnya ada peringatan terbunuhnya Marsinah dan kebangkitan nasional. Juga jangan lupakan yang satu ini. Reformasi terjadi di bulan Mei. Saya pun lahir di bulan Mei, hehe…

Mei tahun ini terbilang istimewa. Di mana peringatan May Day berdekatan dengan Idul Fitri. Namun demikian, buruh tetap menggelar peringatan May Day pada tanggal 1 Mei.

Dalam peringatan itu, ada dua kegiatan yang diselenggarakan: aksi unjuk rasa di depan KPU dan dilanjutkan dengan May Day Fiesta di Gedung Perfilman Usmar Ismail.

Tentang tuntutan yang disuarakan, Anda bisa berselancar di mesin pecarian Google. Ada banyak berita yang mengulasnya dengan baik.

Hari ketika peringatan May Day digelar, malamnya sudah takbiran. Karenanya, kegiatan ini tidak melibatkan banyak orang. Hanya ratusan orang buruh yang terlibat. Sedangkan peringatan May Day besar-besaran, yang konon akan melibatkan 100 ribu orang, akan diselenggarakan pada tanggal 14 Mei.

Sudah barang tentu pada tanggal 14 Mei nanti akan diawali dengan aksi. Lokasinya pun sudah ditentukan. Di depan DPR RI. Setelah itu, massa aksi akan bergerak di satu tempat untuk melakukan deklarasi perjuangan. Tempatnya masih tentatif. Buruh berharap bisa dilakukan di Jakarta International Stadium (JIS). Atau kalau di sana tidak memungkinkan, di Istora Senayan.

Dalam May Day Fiesta, di tanggal 1 Mei kemarin, Partai Buruh bersama elemen pendukungnya memberikan penghargaan kepada orang-orang yang dinilai telah berjasa kepada kaum buruh. Ada dua kategori. Kategori pertama adalah Pahlawan Buruh Nasional, yang dianugerahkan kepada Marsinah, Muchtar Pakpahan, Jacob Nuwa Wea, dan Thamrin Mosii. Sedangkan kategori kedua adalah Tokoh Buruh Indonesia, yang diberikan kepada 19 orang.

Siapa saja ke 19 orang tersebut? Saya ajak Anda untuk mencari tahu jawabannya di dalam video ini.

Saya sendiri sudah pulang kampung ketika kegiatan yang dipusatkan di Gedung Perfilman Usmar Ismail itu diselenggarakan. Namun karena kegiatan itu juga disiarkan secara langsung di YouTube Bicaralah Buruh, saya bisa mengikutinya dari awal hingga akhir.

Dengan media, jarak bukan penghalang. Ibarat kata, kini tak perlu menyeberangi lautan dan mendaki pegunungan untuk menemui sang pujaan. Cukup duduk di rumah sambil memegang smartphone, kita bisa menyaksikan kegiatan yang diselenggarakan ratusan kilometer dari tempat kita berada.

Dalam kesempatan lain saya akan menceritakan di balik layar bagaimana siaran langsung itu dilakukan. Ini untuk mengingatkan kita, bahwa di setiap agenda besar yang gegap gempita, selalu ada orang-orang yang bekerja dalam senyap.

Terkait dengan penganugerahan tersebut, saya hendak mengatakan, ini adalah ikhtiar untuk meluaskan kabar baik.

Dan inilah kabar baik itu: Selalu ada orang yang layak dijadikan teladan dalam perjuangan. Kita tidak kekurangan orang yang mendedikasikan hidupnya dalam meretas jalan pembebasan.

Karena itu, jangan pernah merasa lara sendiri. Jangan gundah dan gelisah.

Jika satu saat Anda merasa putus asa ketika menyusuri jalan sunyi perjuangan ini, ingatlah bahwa ada banyak nama yang garis hidupnya sama seperti kita.

Tentu saja, di luar nama-nama yang disebut di atas, masih ada banyak nama yang lain. Bagaimana pun, pejuang akan selalu lahir dan berlipat ganda.

Anda salah satunya.