Obon Tabroni Kunjungi Situs Buni di Babelan

 

Bekasi, KPonline – Situs Buni yang terletak di Kampung Pasar Mas Buni, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan. Kondisi situs ini memprihatinkan. Keberadaannya nyaris tidak diperhatikan pemerintah. Padahal disini kaya dengan artefak dan peninggalan arkeologi berusia ribuan tahun.

Bacaan Lainnya

Inilah alasannya, pada hari Selasa (1/11), Obon Tabroni bersama tim Ngaprak Budaya Bekasi meneliti dan menggali informasi sejarah Bekasi di situs ini.

Situs Buni diyakini sebagai peninggalan kerajaan pertama di Bekasi, Kerajaan Tarumanegara. Meskipun demikian, keberadaan Situs Buni nyaris tidak berbekas. Tidak terdapat penanda yang jelas bahwa di hamparan sawah dan kebun milik warga tersimpan beragam jenis artefak dan peninggalan arkeologi.

Pecahan tembikar atau potongan tulang serta sisa-sisa peninggalan arkeologi sarat nilai sejarah dengan mudah ditemukan berserakan di kebun-kebun milik warga.

Menurut cerita warga sekitar, Atika (50 tahun), kawasan Buni ini mencuat namanya sejak 1960-an setelah seorang warga menemukan perhiasan emas di tengah sawah. Selama lebih dari 30 tahun sampai awal 1990-an, warga melakukan penggalian dan beberapa di antaranya menemukan perhiasan emas dan tembikar serta tulang manusia.

Dari sejumlah referensi arkeologi, situs Buni dikenal sebagai salah satu lokasi kerajinan barang-barang tembikar di kawasan pantai utara Jawa tempo dulu. Kelompok masyarakat pendukung budaya Buni ini diduga pula sudah mengenal teknik bercocok tanam sebelum masuknya budaya India ke wilayah Nusantara.

Bahkan ada pendapat bahwa budaya Buni ini berkaitan erat dengan keberadaan masyarakat dan budaya Betawi.

Obon Tabroni, ketika mengunjungi tempat ini, menyayangkan hal ini bisa terjadi. Bekasi punya sejarah artefak yang bernilai tinggi, salah satu cikal bakal berdirinya masyarakat modern di Bekasi, tapi kondisinya terabaikan.

Menurut warga sekitar, Pemerintah Kabupaten Bekasi pernah berencana menjadikan kampung ini sebagai kawasan benda cagar budaya. Namun sayang, rencana itu tak pernah terealisasi hingga sekarang. (*)

Kontributor: Heru Irwan

Pos terkait