Ngobrol

Jakarta, KPonline – Kami berempat. Tiga yang terlihat di dalam foto ini, dan satu lagi, teman yang memegang kamera.

Kami bertemu dalam sebuah misi yang tak sesuai dengan rencana awal. Tetapi hal itu justru memaksa kami untuk duduk lebih lama. Membahas banyak hal.

Dua kawan di samping saya adalah orang penting. Di tengah adalah Sekretaris Jenderal KSPI, bung Ramidi. Sedang di ujung sana, yang memakai baju merah, adalah Ketua Umum FSP FARKES Reformasi, bung Idris.

Sebenarnya, mereka bukanlah orang yang sulit ditemui. Tetapi harus saya katakan, diskusi kali ini memiliki kesan tersendiri.

Tapi ya asal tahu saja, ini nggak asyiknya ngobrol sama pimpinan buruh. Di mana pun, dalam kesempatan apapun, obrolannya nggak jauh-jauh dari isu perjuangan.

Kami membicarakan banyak hal. Mulai dari evaluasi aksi 25 Agustus, omnibus law, darurat PHK, hingga strategi serikat menghadapi pandemi.

Saya merekam banyak hal. Bagaimana ide-ide kreatif itu bermunculan, justru dalam obrolan santai sembari ngopi.

Metode ini, secara tak sadar, sebenarnya sering kita gunakan di banyak tempat. Tahun 2001-an, saya justru diajak bergabung dengan FSPMI di sela makan siang di kantin perusahaan. Dari sana kami bisa berdiskusi dari hati ke hati, hingga kemudian menerima ajakan itu.

Begitu pun dengan perjuangan me-reformasi jaminan sosial yang kelak melahirkan UU BPJS. Berawal dari obrolan santai di sore hari beberapa aktivis, di sekretariat FSPMI tempoe doeloe.

Berawal dari keresahan. Keluhan terhadap kondisi terkini yang dirasa tidak ada perbaikan. Lalu menetapkan tekad untuk berbuat sesuatu, demi sebuah perubahan.

Kuncinya komunikasi. Saat mulai jarang ngobrol, apalagi kalau justru ngobrolinnya di belakang, itu sejatinya adalah sinyal bahwa ada yang harus kita perbaiki dari hubungan ini.

Dari obrolan santai seperti ini, kita bisa menyatukan frekwensi. Bahkan mendalami, hingga tidak ada ganjalan di hati, ketika merasa ada pendapat, ide, atau gagasan yang tidak sejalan.

Tentu saja, tidak akan ada keputusan apapun yang diambil dari sini. Tetapi setidaknya ia memperkaya wawasan. Membuat kita optimis masih ada jalan keluar.

Betapa terlalu sering kita bergegas. Berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain.

Mulai jarang duduk lebih lama. Menghabiskan kopi tanpa tergesa-gesa, lalu ngobrol lebih lama dari biasanya.