New Normal yang Tidak Normal

Jakarta, KPonline – Sulit untuk memahami apa itu new normal yang diberlakukan ketika situasi masih belum normal. Sama sulitnya ketika kita memahami, mengapa kekasih kita mencari yang baru, justru di saat kita sedang sayang-sayangnya. Apakah ia bermaksud mencari kenyamanan yang baru? Kehidupan baru? Sehingga dengan mudah berubah pikiran…

Begitu pun dengan kebijakan publik. Belum tuntas satu kebijakan, tetapi sudah berubah pada kebijakan yang lain. Padahal kita baru saja menyesuaikan dengan kebijakan yang lama.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya, yang diberlakukan adalah kebijakan physical distancing. Sampai kemudian viral di media sosial. Orang-orang menggunakan hastag #dirumahaja. Tetapi kemudian, kini justru masyarakat dianjurkan untuk kembali beraktivitas. Bahkan, yang berusia di bawah 45 tahun dipersilakan untuk bekerja.

Walaupun tidak sedikit yang balik bertanya. Mau kerja dimana? Ia baru saja di PHK. Kartu pra kerja yang dijanjikan pun tidak menerima.

Bagi mereka yang terdampak akibat adanya pembatasan, bisa jadi perubahan kebijakan ini sangat menyakitkan.

Bayangkan, saat ada kebijakan #dirumahaja, mereka harus kehilangan mata pencahariaan. Warung tutup. Pedagang harian tidak bisa lagi bekerja. Bahkan yang dirumahkan hanya mendapatkan upah setengah. Sebagian malah tidak dibayar sama sekali.

Kalau tahu akan ada new normal (yang sesungguhnya kondisinya belum kembali normal), mengapa tidak dari awal saja kebijakan new normal ini diberlakukan? Sehingga kita bisa berpura-pura tetap baik, sehingga dampak buruk yang kini kita rasakan tidak terjadi.

Tidak berlebihan jika kemudian banyak elemen yang melakukan protes terhadap kebijakan ini. Termasuk yang dilakukan oleh serikat pekerja, seperti Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).

Saya kira, protes semacam itu positif. Sebab berangkat dari kekhawatiran bahwa pandemi ini akan semakin sulit di akhiri.

Kita tidak sedang membandingkan, mana yang lebih penting. Kesehatan atau ekonomi. Seolah-olah ekonomi akan terhenti kalau kebijakan #dirumahaja tetap diberlakukan. Padahal ini adalah cara untuk memastikan agar kita bisa semakin cepat menghentikan penularan.

Ekonomi harus tetap jalan. Tetapi pada saat yang sama, jangan ada yang menjadi korban akibat corona.

Sudah banyak contoh. Di beberapa perusahaan, buruh yang diharuskan tetap bekerja akhirnya positif corona. Itulah sebabnya, kita tidak sependapat dengan new normal. Tak ingin melihat semakin banyak buruh yang menjadi korban.

Namun apapun itu, semoga saja hal ini bukan bentuk keputusasaan dari pemerintah dalam perang melawan corona.

 

 

Pos terkait