Meski Angka Kemiskinan Satu Digit, Natalius Pigai Sebut Kinerja Jokowi Paling Buruk. Mengapa?

Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai saat mebjadi pembicara dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Gerakan Kritis 100 Tokoh Nasional dan Mantan Aktivis Mahasiswa bertema "Ancaman Krisis Ekonomi" di Jakarta, Rabu (1/8/2018)./Foto: Kahar

Jakarta, KPonline – Mantan pimpinan Komnas HAM Natalius Pigai mengatakan, Joko Widodo adalah Presiden RI sepanjang sejarah yang paling buruk kinerja dalam menurunkan angka kemiskinan. Pernyataan ini disampaikan Pigai dalam diskusi di Resto Pulau Dua, Jakarta, Rabu (1/8/2018).

Menurutnya, dalam menentukan angka kemiskinan harus disandingkan dengan perbandingan yang pas. Misalnya persentase kemiskinan sejak orde baru masa Presiden Soeharto pada 1998 sampai Joko Widodo.

Bacaan Lainnya

Perbandingan seperti ini penting, karena gambaran periodik ini akan membuka tabir kemampuan (kapabilitas) seorang presiden. Siapa presiden yang pro dan tulus terhadap orang miskin (pro poor) dan siapa presiden yang tidak peduli dengan orang miskin, siapa presiden yang lebih pro kepada sekelompok elit oligarki dan orang-orang kaya.

Kemudian Natalius membeberkan data penurunan kemiskinan masing-masing presiden.

1. Habibie hanya dalam setahun menurunkan angka kemiskinan 1,1% yaitu dari 24,43 menjadi 23,42%

2. Gus Dur hanya dalam dua tahun memimpin angka kemiskinan turun sebanyak 5,01% yaitu dari 23,42% menjadi 18,41%

3. Megawati mampu menurunkan angka kemiskinan dalam durasi waktu singkat 2,51% yaitu dari 18,41% menjadi 1,75%

4. SBY periode pertama mampu menurunkan angka kemiskinan sebanyak 2,51% yaitu dari 16,66% menjadi 14,15%

5. SBY periode kedua kemiskinan turun sebanyak 3,46% yaitu dari 14,15% menjadi 10,96%

6. Joko Widodo menurunkan angka kemiskinan sebanyak 1,1% persen yaitu dari 10,96% menjadi 9,86%.

“Dengan demikian Presiden Jokowi dalam jangka waktu empat tahun, hanya mampu menurunkan angka kemiskinan 1,01%. Ini sangat kecil sekali dibandingkan dengan presiden-presiden yang lain. Lebih ironi lagi bahwa Jokowi empat tahun orang miskin turun 1%, sementara orang kaya naik 10%,” jelas dia.

Ironisnya, hasil survei terbaru yang berjudul Global Wealth Report 2017 yang diterbitkan oleh Credit Suisse, Indonesia kini memiliki 868 orang super kaya atau yang masuk dalam kategori Ultra High Net Worth Individual (UNHWI). Sebanyak 111 ribu penduduk Indonesia juga digolongkan sebagai miliuner atau orang yang memiliki pendapatan di atas US$ 1 juta atau setara Rp 13,5 miliar (kurs US$ 1: Rp 13.505).

Orang kaya meningkat lebih dari 10 persen hampir tiap tahun. Pundi-pundi orang kaya meningkat namum lebih ironis lagi bahwa menurut Menaker Hanif tahun 2017 jumlah Pengusaha hanya tumbuh 0,3% saja.

Jokowi hampir 4 tahun pimpin Indonesia habiskan anggaran negara 7 ribu triliun atau rata-rata 2 ribu trilyun pertahun, hanya mampu turunkan 1% jumlah orang miskin. Sementara pundi-pundi orang kaya makin bertambah.

Sementara itu, berdasrkan data yang dihitung dari Laporan BPS bahwa Kepemimpinan Presiden BJ Habibie berhasil menurunkan angka kemiskinan dari jumlah 24,43 persen menjadi 23,42 persen. Diketahui, Habibie menjadi presiden hanya 1 tahun dan 5 bulan.

Kemudian, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari 23,42 persen menjadi 18,41 persen atau turun 5,1 persen. Gus Dur memimpin Indonesia dimulai pada 1999 hingga 2001. Di masa pemerintahan Megawati angka kemiskinan dari 18,41 persen menjadi 17,42 persen, kemudian dilanjutkan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono-red) dari 17,42 persen turun menjadi 14,15 persen di periode pertama dan menjadi 10,96 persen di periode kedua.

“Pemerintah Jokowi justru menghadirkan program yang mencekik leher rakyat miskin seperti kenaikan harga BBM, Kenaikan harga listrik dan pengendalian harga pangan untuk menekan inflasi yang kurang sehingga penyebab sulitnya mengentaskan kemiskinan di negeri ini. Jadi, Jokowi ini presiden untuk siapa? Presiden untuk orang kaya atau orang misin?” Tegas Pigai yang disambut tepuk tangan ratusan peserta diskusi.

Pos terkait