Menjaga Omah Buruh Dengan Sepenuh Cinta

Bekasi, KPonline – Tahun 2012 adalah tahun dimana banyak buruh di Bekasi mengalami perubahan status, yaitu perubahan dari status pekerja outsourcing dan magang menjadi pekerja tetap. Saat itu, saya adalah salah satu pekerja magang selama 3 tahun.

Berkat adanya fenomena grebek pabrik dari serikat pekerja yang ada di Bekasi, saya ikut merasakan perubahan status menjadi pekerja tetap.

Bacaan Lainnya

Karena saya merasa dibantu oleh Serikat pekerja yang fenomenal yaitu FSPMI, sejak saat itu maka saya putuskan untuk ikut aktif dalam pergerakan di serikat pekerja.

Di PT. Sanken Indonesia sendiri ada 2 kali perubahan status. Pertama pada 31 Agustus 2012 yaitu para pekerja outsourcing yang bekerja lebih dari 3 tahun diangkat menjadi pekerja tetap. Ada lebih dari 400 orang yang mengalami perubahan tersebut.

Perubahan yang kedua yaitu pada 13 September 2012, yaitu para pekerja magang yang bekerja lebih dari 2 tahun ada sekitar 300 pekerja yang berubah menjadi pekerja tetap sedangkan sisanya berubah menjadi pekerja kontrak.

Pada bulan Agustus 2012, ada informasi kalau tanggal 15 September 2012 akan dilaksanakan Latsar 11 Garda metal yang dilaksanakan di Cilember, Kab. Bogor.

Dalam hati, apa itu Garda Metal? Karena saya baru bergabung dengan FSPMI maka saya belum mengetahui apa itu Garda Metal. Saya berkeinginan untuk mengikuti latsar Garda Metal, tetapi belum diijinkan oleh PUK PT Sanken Indonesia yang waktu itu diketuai Bung Yusa. Alasannya, saya masih berstatus pekerja magang.

Setelah ada keputusan di tanggal 13 September 2012 kalau saya dipastikan menjadi pekerja tetap dan masih ada waktu 2 hari, maka saya memaksa ketua PUK kalau saya harus didaftarkan ikut Latsar 11 Garda Metal. Akhirnya saya didaftarkan ikut latsar 11 Garda Metal.

Setelah selesai Latsar Garda Metal saya pun semakin aktif di setiap kegiatan FSPMI walaopun banyak menyita waktu dan materi. Tetapi karena dari hati, saya merasa asik-asik saja.

Sampai di tahun 2013 dan terjadi mogok nasional, banyak keributan dengan preman bayaran dari ormas tertentu. Sampai sampai dapat Informasi grombolan preman tersebut akan mendatangi dan menyerang anggota Serikat Pekerja yang berada di Omah buruh.

Karena saya mendapat informasi, maka sepulang kerja saya dan kawan kawan bertolak ke omah buruh untuk ikut mengamankan sebuah rumah gubuk yang menjadi saksi perjuangan para buruh Bekasi, termasuk Buruh PT. Sanken Indonesia.

Sampai malam saya dan kawan kawan menunggu aksi tersebut tetapi tidak ada apa apa, dan kawan kawan ada yang memutuskan untuk oulang ke rumah masing masing. Tetapi tidak dengan saya dan Sigit Saputra yang sama sama ikut Latsar 11 Garda Metal.

Kami memutuskan untuk menginap di omah buruh dan banyak juga teman teman dari pabrik lain yang sama sama bergabung dengan serikat pekerja FSPMI. Ditakutkan, ketika tengah malam gerombolan preman tersebut datang menyerang dan merobohkan rumah buruh. Teapi ternyata sampai pagi tidak ada tanda tanda kedatangan para preman tersebut.

Karena waktu itu hari kerja, maka keesokan harinya saya dan sigit juga harus kembali ke pabrik dimana saya bekerja.

Karena di Omah Buruh banyak orang dan mungkin mengantri untuk mandi maka saya dan sigit memutuskan untuk mandi di pabrik. Saya dan Sigit datang ke pabrik lebih pagi dari kawan kawan pekerja lain, karena ada rasa sedikit risih kalau ada orang melihat datang ke Pabrik dengan wajah kucel karena baru bangun tidur.

Kisah ini mengingatkan mengingatkan saya, bahwa omah buruh dijaga dengan sepenuh cinta. Karena itu, wajar jika banyak yang tak rela omah buruh akan digusur begitu saja.

Harus ada penggantinya…

Penulis: Dedy Supriyanto, PUK SPEE FSPMI PT. Sanken Indonesia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *