Ketika Kasus Denso Dibandingkan Dengan Samsung

Bekasi, KPonline – Pemilik akun facebook Farid Ridho Kurniawan, yang sering dijadikan rujukan buruh di Bekasi membuat postingan terkait kasus Denso.

Dia mengatakan, dulu Samsung yang begitu anti dengan keberadaan FSPMI di perusahaan tersebut. Tetapi ternyata FSPMI berdiri di Samsung. Tapi apa mau dikata, FSPMI yang baru berdiri tersebut dihajar habis oleh Samsung. Padahal saat itu ribuan saudara-saudara tidak sedarah mereka bersolidaritas hingga berhadapan dengan ratusan preman bayaran.

Bacaan Lainnya

Saat ini terjadi di Denso. Mirip seperti Samsung. Ada dugaan kuat Denso juga tidak menghendaki FSPMI berdiri di perusahaan ini. Tetapi ternyata FSPMI berdiri di Denso. “Tapi apa mau dikata, FSPMI yang baru saja didirikan diberangus oleh Denso. Semua pimpinan PUK FSPMI Denso di pecat,” kata Farid.

Kemudian Farid mengatakan, beda dengan FSPMI di Samsung. FSPMI di Denso tidak ada solideritas dari saudara-saudara tidak sedarah mereka. Hanya ada sedikit keramaian di Medsos saja. Kawan-kawan FSPMI di Denso bertanya-tanya, “Benarkah kami mempunyai saudara tidak sedarah di FSPMI?”

Apakah tidak ada perlawanan di Denso? Tentu saja ada. Keramaian di medsos adalah bukti bahwa FSPMI di Denso mendapat perhatian dari saudara-saudara sedarahnya. Bahkan akun resmi FSPMI secara masif mengkampanyekan agar Denso segera menghentikan tindakan union busting melalui tagar #DensoStopUnionBusting.

Sebelumnya, pada awal Februari lalu, massa FSPMI dari berbagai daerah juga bersolidaritas ketika buruh Denso melakukan aksi di Kedutaan Besar Jepang, di Jakarta. Jelas sekali, kawan-kawan di Denso tidak diabaikan. Presiden FSPMI, Said Iqbal, juga sudah menegaskan akan membawa kasus ini ke Internasional. Mengingat Denso adalah perusahaan multinasional.

LBH FSPMI secara terbukan juga menyampaikan, akan membawa kasus ini ke ranah hukum jika Denso mengabaikan tuntutan karyawan.

Tetapi apapun itu, apa yang disampaikan Farid mengingatkan kita agar semua mata memandang ke arah Denso.

Mengenang Kasus Samsung

PT Samsung Electronics Indonesia beroperasi di kawasan Jababeka 1, Cikarang, Jawa Barat. Pada tahun 2012 lalu, perusahaan ini diduga melakukan serangkaian tindakan yang memberangus keberadaan serikat pekerja. Itu terjadi setelah 200 buruh Samsung bergabung dengan Serikat Pekerja Elektronik dan Elektrik – Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPEE-FSPMI).

Manajemen PT Samsung memecat dua orang buruhnya yang menjadi pengurus Pimpinan Unit Kerja (PUK) SPEE-FSPMI serta merumahkan belasan buruh lainnya yang menjadi pengurus serikat. PUK SPEE-FSPMI PT Samsung Elektronik Indonesia sendiri berdiri pada hari Minggu, 21 Oktober 2012, dengan jumlah anggota hampir 200 orang. Setelah berdiri, PUK ini kemudian memberikan berkas pencatatan nomor serikat pekerja kepada kantor Dinas Tenaga Kerja untuk mendapatkan pencatatan .

Sejak saat itu, mulai timbul permasalahan-permasalahan. Salah satunya PHK yang dilakukan PT. Samsung pada pengurus PUK yang didasari pada alasan kontrak kerja mereka telah habis dan plan sedang turun pada tanggal 29 oktober 2012.

PUK sudah berusaha melakukan perundingan dengan pihak menejemen, namun perundingan tersebut tidak diakui oleh pihak manejemen karena PUK tidak dapat menunjukkan SK Disnaker mengenai pembentukan PUK SPEE FSPMI PT.Samsung.

Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang dilakukan PT Samsung pada anggota PUK tidak berhenti seketika itu. Pada tanggal 30 oktober 2012 manejemen kembali memanggil 3 anggota PUK dan dengan alasan “plan sedang turun”. Ketiga anggota PUK tersebut dirumahkan kembali atau dengan kata lain mereka dikembalikan kepada kantor outsouching (SPA) yang medistribusikan mereka untuk kemudian diberhentikan.

Ketiga anggota PUK yang di PHK sepihak oleh PT.Samsung ini menolak tindakan PHK sepihak yang dilakukan oleh pihak manejemen. Tepat dihari yang sama dengan terbitnya SK Pencatatan Serikat SPEE FSPMI PT. Samsung Elektronik oleh Disnaker pada tanggal 5 November 2012, PT. Samsung kembali memanggil anggota PUK yang bekerja di divisi JIT dengan alasan pemanggilan mengenai perjanjian kontrak kerja yang akan berakhir dan diminta menandatangani surat PHK.

PHK sepihak ini terus dilakukan PT.Samsung pada anggota PUK dengan mempercepat masa kontrak kerja dan berbagai alasan lainnya. Pada hari Rabu, 7 September 2012 semua anggota PUK yang di PHK secara sepihak berniat untuk bekerja tetapi ketika hendak absensi ternyata id card mereka sudah tidak teregister sebagai karyawan PT SAMSUNG ELEKTRONICS, bahkan security melarang masuk para anggota PUK yang tidak menandatangani surat PHK.

Sebanyak 4 kompi Polisi juga turut mengamankan PT. Samsung berjaga di gerbang. Upaya perundingan bipartit telah dilakukan, namun perusahaan memberikan respon negatif dengan ditolaknya surat audiensi serta tuntutan perundingan pertama dan kedua, dan tidak juga ada tindakan yang dilakukan pihak Disnaker setelah PUK melayangkan surat permohonan pengawasan Disnaker terhadap PT.Samsung atas indikasi adanya pelanggaran tentang ketenagakerjaan terutama Union Busting.

Akibat makin banyak anggota PUK yang di PHK. Buruh Bekasi Bergerak bersiap untuk melakukan unjuk rasa di PT Samsug. Hari Senin tanggal 19 November 2012, mereka pun siap berangkat (dengan mengendarai motor). Tetapi aksi mereka dilarang/ditahan oleh Pihak Aparat (Polisi membuat barikade barisan), mereka pun tidak tau alasan aparat melarang Buruh Bekasi Bergerak beraksi meskipun sudah mempunyai izin untuk melakukan unjuk rasa.

Buruh Bekasi Bergerak tetap mencoba melakukan unjuk rasa dengan cara longmarch (berjalan kaki), tetapi tetap saja pihak aparat menghalangi. Akhirnya Buruh Bekasi Bergerak hanya berorasi di kawasan Ejip. Selang beberapa jam kerumunan merekapun hampir di datangi oleh sekelompok massa yang mempersenjatai diri dengan senjata tajam. Hampir saja terjadi bentrok.

Tetapi ada beberapa anggota serikat pekerja, yang datang pulang kerja untuk datang bersolidaritas mendapatkan serangan. Di lempari batu, bahkan ada yang terkena sabetan benda tajam. Buruh dipaksa melepaskan jaket serikat dan kemudian jaket itu di bakar.

Itimidasi terhadap anggota serikat terus berlanjut. Para buruh yang berserikat mengaku mendapat intimidasi. Kontrakan buruh didatangi. Rumah mereka di foto dan di data. Sejak kejadian itu, para anggota serikat di Samsung tidak lagi dapat dihubungi. Mereka ketakutan untuk melanjutkan perjuangan.

Apakah kasus Denso akan mendapatkan solidaritas yang kuat dari buruh-buruh yang lain? Tentu kita percaya, dalam setiap kasus yang dihadapi, akan menjadi momentum bagi kaum buruh untuk bersatu. Bergerak dan melawan bersama.

Pos terkait