Kebijakan WFH Tak Berikan Solusi ke Masyarakat Miskin

Medan, KPonline – Seperti biasa, pagi ini saya berangkat mencari nafkah (Bekerja). Meskipun bumi sedang lesu akibat bencana wabah virus yang tak tahu entah sampai kapan akan berakhir (Covid 19), saya tetap semangat mencari nafkah untuk keluarga.

Sebuah virus yang membuat seluruh isi bumi menjadi kaku. Belum ada yang mengetahui apa penyebab munculnya virus ini yang datang seperti hantu yang tak punya jiwa.

Bacaan Lainnya

Seiring semakin meluasnya covid 19, Pemerintah membuat kebijakan untuk work from home atau di rumah saja. Ada sebagian pekerja menganggap itu suatu pilihan tepat, namun banyak yang tidak setuju, salah satunya adalah saya karena sampai hari ini Pemerintah tidak memberikan solusi atas kebijakan itu.

Sedikit berbagi pengalaman tentang hal itu, saya menuliskan satu kisah yang menurut saya, Ia adalah bagian dari korban kebijakan yang tak memberikan solusi tersebut.

Pagi itu tepat diperempatan simpang jalan Sudirman Kota Medan, terlihat ibu paruh baya sedang menjual koran, wajahnya terlihat begitu lesu. Sepertinya, banyak beban yang ditanggung serta dipikirkannya.

Ibu itu menghampiri ku menawarkan dagangannya berupa koran yang masih menumpuk dilengan yang berbalut kain penghambat debu dan penyanggah rasa sakit dilengan menahan beratnya.

Saya pun bertanya, bagaimana hasil penjualan hari ini bu? Alhamdulilah 5 lembar sudah terjual. Jawab ibu itu dengan muka senyum menghibur diri, lalu melanjutkan kata lesu dari sepinya penjualan semenjak virus corona.

lalu tanyaku berlanjut, kenapa ibu masih berjualan? Bukannya pemerintah Kota sudah mengimbau untuk tetap berada dalam rumah. Apa ibu tidak tau tentang hal itu?

“Saya tau nak!,” jawabnya sambil batuk, menundukkan kepala dan memberikan alasan kenapa tidak di rumah saja.

“Kalau ibu berada dirumah, gimana ibu bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga di rumah, ibu merupakan tulang punggung keluarga dek. Dengan ibu berjualan koran setiap hari dari pagi ke malam saja masih kurang mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Gimana nasib ibu kalau tidak berjualan dan mengikuti himbauan Pemerintah untuk di rumah saja,” ucap kembali ibu itu.

Loh! Dari pemerintahkan ada bantuan untuk masyarakat kurang mampu. Lanjut tanyaku menyemangati sang ibu yang tiba-tiba mengeluarkan air mata itu.

“Tidak ada kami terima itu,” jawab ibu melototkan mata kesal.

Ibu tinggal dimana? Tanyaku sambil memberi sedikit solusi ke ibu.

“Di Jl. Monginsidi,” jawabnya.

Coba ibu pertanyakan ke kepling masalah bantuan itu.

Sudah tapi kepling jawab bantuan itu belum ada. Ya sudahlah dek, Ibu lanjut berjualan lagi, jawabnya sambil bergegas kekerumunan kendaraan yang sedang berhenti di lampu merah.

Dari kesimpulan percakapan di atas, saya menganggap kebijakan pemerintah tentang WFH tidak efisien dan tidak memberikan solusi ekonomi bagi rakyat kecil, tetapi malah semakin menambah beban masyarakat kecil atau miskin.

Itu hanya satu contoh yang saya temui dari jutaan masyarakat miskin di Indonesia. Seharusnya pemerintah mengutamakan mereka ini, “Masyarakat Miskin” tetapi yang ada, mereka selalu menjadi korban dari kebijakan pemerintah yang tidak memberikan solusi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. (Zamroni Hidayat)

Pos terkait